Made Bayu Darmadi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh wilayah di dunia memberikan dampak besar terhadap sektor pariwisata Bali, termasuk UMKM kuliner di Pulau Dewata. Ketika Presiden Joko “Jokowi” Widodo menetapkan status kedaruratan kesehatan masyarakat sebagai cara untuk menekan laju penyebaran virus COVID-19, Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku, Seminyak, terpaksa harus menutup outletnya selama tiga bulan.

Made Bayu Darmadi, penerus dari Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku, Seminyak, pun memutar otak untuk bisa mempertahankan karyawannya yang sebagian besar sudah bekerja lebih dari empat tahun.

“Ketika kami membuka outlet kembali saat pandemi, pemasukan turun drastis ke Rp 50.000 – Rp 200.000 per hari,” ujar Bayu.

Bayu kemudian melakukan berbagai inovasi untuk menarik pelanggan dengan mengandalkan layanan pesan-antar makanan online, seperti GoFood. “Dulu kami hanya memiliki dua menu di GoFood, nasi bungkus dan nasi kotak. Saya kemudian menambahkan variasi menu lainnya, seperti nasi bungkus biasa, spesial, dan komplit. Saya juga menyediakan menu ala carte, seperti sambal, sate, dan ayam suwir,” jelas Bayu.

Baca juga:  Solusi Digital Seimbangkan Kerja dan Tanggung Jawab Domestik Pengusaha Perempuan

Selain menjadi andalan pelanggan GoFood, Bayu mengakui bahwa ekosistem Gojek sangat membantu restonya bertahan di tengah pembatasan aktivitas masyarakat. “Misalnya, untuk mengatur manajemen dan operasional resto, saya dibantu aplikasi khusus mitra usaha, GoBiz. Sehingga, sistem pencatatan transaksi jadi lebih terstruktur dan operasional restoran pun menjadi autopilot,” tambah Bayu.

“Dari segi pelayanan, fitur Variasi Menu membuat kami dapat memenuhi keinginan pelanggan yang berbeda-beda. Benar-benar di luar dugaan, saat ini ada teknologi yang dapat membantu bisnis makanan hingga semua aspek operasional bisa tercover,” tandas Bayu.

Saat pemerintah menetapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang melarang layanan makan di tempat, Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku, Seminyak, praktis bergantung pada layanan pesan-antar online dan tidak khawatir karena penjualan bisa tetap stabil.

Ketika PPKM mulai diperlonggar, tamu pun masih sedikit yang berani datang ke restoran. “Layanan GoFood sangat membantu kami [bertahan di masa pandemi]. Saya mendapati salah satu pelanggan bahkan memesan hidangan dari resto kami tiga kali dalam satu hari lewat GoFood. Saya sangat berterima kasih, hingga mengirimkan salam lewat driver,” ujar Bayu.

Baca juga:  Lewat BBM, Gojek Persiapkan Driver GoRide Tingkatkan Layanan Jelang KTT G20

Kini saat keadaan berangsur normal, Bayu mendapati kalau penjualan melalui GoFood mampu menaikan omset restoran hingga 2 kali lipat, yang dulunya sempat hampir tidak ada orderan, sekarang bisa 80-110 orderan per harinya.

Pengalaman Bayu dalam mengandalkan teknologi untuk bertahan di masa pandemi juga sejalan dengan temuan survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang menyebutkan bahwa pendapatan mitra UMKM GoFood rata-rata naik 66% di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020, di mana 4 dari 5 UMKM percaya GoFood mendukung pertumbuhan usaha mereka.

Pada survei yang sama, 9 dari 10 mitra berencana untuk menjalankan kemitraan jangka panjang bersama GoFood. Mereka mengakui GoFood memberikan banyak manfaat, diantaranya kesempatan mengatur promosi, akses ke pelanggan yang lebih luas, hingga kemudahan mengelola kegiatan operasional dengan aplikasi GoBiz.

Baca juga:  Perkuat Ketahanan UMKM di Era Digital, GoTo Kembali Adakan Konferensi Maju Digital

Mengutip pernyataan LD FEB UI, peningkatan pendapatan UMKM berdampak positif pada pemulihan ekonomi Indonesia pada masa pandemi. Peningkatan tersebut membuat kontribusi ekonomi Gojek dan GoTo Finansial pada perekonomian nasional diperkirakan mencapai Rp 249 triliun atau setara dengan 1.6% dari PDB Indonesia di tahun 2021.

Sebelumnya, Bank Indonesia percaya bahwa Bali bisa kembali bangkit meskipun kini pertumbuhan ekonominya berada di level terbawah nasional. Berdasarkan hasil survey, indikator, sistem keuangan, stabilitas harga dan keuangan pemerintah, Bank Indonesia Bali pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali pada 2022 tumbuh positif di kisaran 5,4 persen sampai 6,2 persen.

Sejumlah faktor yang dipercaya mendorong pertumbuhan ekonomi, diantaranya pemulihan kegiatan masyarakat seiring gencarnya vaksinasi, penyelenggaraan sejumlah kegiatan internasional seperti KTT G20, hingga pemulihan pariwisata domestik yang akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan UMKM, termasuk UMKM kuliner lokal seperti Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku, Seminyak. (kmb/balipost)

BAGIKAN