YOGYAKARTA, BALIPOST.com – Elektabilitas Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, lumayan jika ada partai politik yang berminat mengusung dia maju pada kontestasi Pilpres 2024. “Kalau ada partai yang merasa butuh tokoh yang elektabilitasnya lumayan, mungkin sosok saya akan dihitung, ya saya bismillah,” kata dia, dalam acara “Fisipol Leadership Forum: Road to 2024” di Fisipol, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (1/12).
Menurut dia, elektabilitas dan kesukaan merupakan satu-satunya modal yang ia miliki selain dua syarat lain yang harus dipenuhi untuk maju sebagai pemimpin Indonesia yakni logistik dan parpol pengusung. “Dua yang terakhir saya belum punya. Duit triliunan dari mana, partai juga belum. Yang saya miliki hanya harta nomor satu yaitu elektabilitas dan kesukaan,” ujar dia dikutip dari kantor berita Antara.
Ia mengaku siap bergabung dengan partai politik pada 2022 lantaran tidak memungkinkan maju lewat jalur independen pada Pilpres 2024 mendatang, dan dia memastikan bakal berlabuh pada parpol yang ia anggap paling pancasilais. “Saya sudah putuskan tahun depan saya akan masuk parpol. Warna yang mana, apakah warna taplak ini (kuning), apakah warna baju satpam, atau warna hijab merah, saya belum tahu. Tapi yang pasti yang paling pancasilais, saya akan di situ,” kata dia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi Pancasila, bagi dia itu merupakan landasan utama dalam berpolitik. Landasan itu, menurut dia, juga selaras dengan prinsip politik jalan tengah yang bakal terus ia terapkan sehingga mampu merangkul semua kalangan. “Menurut saya Pancasila itu harga mati. Tidak boleh terlalu ke kiri, tidak boleh terlalu ke kanan, politik jalan tengah lah yang saya pilih. Kadang-kadang saya ‘di-bully’ juga sama yang kanan, kadang-kadang sama yang kiri karena mengambil posisi di tengah,” ucap politikus yang berlatar arsitek itu.
Ia menuturkan bakal membuka diri apabila ada yang menanyakan kesediaannya dicalonkan pada Pilpres 2024. “Kalau misalnya ditanya, mau nyalon, tentu saya pintunya terbuka karena saya tidak bisa membuka kunci, yang membuka kunci bukan saya. Saya siap kalau pintunya sudah dibuka dan dipersilakan,” kata dia.
Dengan menerapkan politik tahu diri, dia mengaku tidak ambil pusing jika pada akhirnya sama sekali tidak ada parpol yang mengusungnya untuk Pilpres 2024. “Politik tahu diri ya harus tahu diri. Anda itu siapa, diusung partai belum pasti, kalau enggak ya harus terima. Jadi kalau ternyata tidak ada partai yang mengusung, yang paling realistis dalam menu politik saya adalah melanjutkan gubernur jilid dua,” ujar dia. (kmb/balipost)