DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden RI Joko Widodo melanjutkan agenda kunjungan di Bali dengan menghadiri acara Transformasi Ekonomi Bali sekaligus meluncurkan Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali, menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh dan Sejahtera, serta penyerahan master plan Ulapan (Ubud, Tegalalang dan Payangan), bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas RI Suharso Monoarfa dan Gubernur Bali I Wayan Koster di Three Mountain Bamboo Pavilion, Kura-Kura, Pulau Serangan, Denpasar, Jumat (3/12). Acara tersebut turut dihadiri Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta bersama Bupati/Wali Kota se-Bali.
Tampak hadir pula Duta Besar Denmark untuk Indonesia, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Kapolri, Panglima TNI, Wakil Gubernur Bali serta Forkopimda Bali.
Presiden Jokowi dalam sambutannya mengatakan, dampak pandemi COVID-19 pengaruhnya kemana-mana. Karena pandemi beberapa negara terjadi kelangkaan energi, kelangkaan pangan, termasuk inflasinya mengalami kenaikan.
Karena pandemi pula akhir-akhir ini terjadi kenaikan harga produsen, fiskal seluruh negara juga mengalami defisit sehingga kompleksitas masalah muncul bertubi-tubi. Pandemi ini harus dijadikan momentum melakukan transformasi fundamental, sehingga terwujudnya ketangguhan ekonomi. “Kita dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan diri dan memanfaatkan transformasi ekonomi secara besar-besaran,” jelasnya.
Presiden menyadari selama dua tahun terakhir ini masyarakat bali sangat terpukul. Petumbuhan ekonomi Bali di 2020 berada pada posisi minus 9,4 persen, pada kondisi normal posisi Bali berada pada angka plus 5,3 persen.
Sehingga ekonomi Bali mengalami kontraksi yang paling dalam dibandingkan daerah lainnya, karena sektor pariwisata yang diandalkan Bali adalah sektor yang paling awal terimbas dan sektor yang paling belakang untuk pulih. Oleh karena itu harus melakukan refleksi besar-besaran sekaligus mentransformasi diri secara fundamental.
Diungkapkan, ada beberapa hal yang harus dijadikan perhatian yaitu terus meningkatkan diversifikasi ekonomi, dan ekonomi tidak bisa tergantung dari satu sektor saja. Selain itu paradigma dan tata kelola pariwisata harus memprioritaskan kesehatan dan keamanan.
Pariwisata Bali perlu transformasi, pariwisata yang berbasis sosial, pariwisata berbasis budaya dan pariwisata berbasis lingkungan, sejalan dengan nilai-nilai dan kearifan lokal Bali yang membangun harmoni dan memuliakan alam.
Sementara Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan, pandemi COVID-19 menjadi momentum dan menyadarkan bahwa perekonomian bali yang didominasi satu sektor pariwisata ternyata sangat rentan karena perubahan faktor eksternal seperti gangguan keamanan, bencana alam dan bencana lainnya. Sekarang sudah saatnya perekonomian bali bangkit, oleh karena itu Pemerintah Provinsi Bali merumuskan konsep ekonomi Kerthi Bali menuju bali era baru yaitu harmonis pada alam lingkungan, menjaga kearifan lokal, berkualitas, tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan.
Konsep ekonomi Kerthi Bali terdiri dari 6 (enam) sektor unggulan yaitu; pertanian dalam sistem pertanian organik, kelautan dan perikanan, industri, IKM dan UMKM dan Koperasi, ekonomi kreatif dan digital serta pariwisata berbasis budaya yang berorientasi pada kualitas. “Kami bersyukur dan sangat berterima kasih kepada Bapak Presiden yang menjadikan ekonomi Kerthi Bali sebagai konsep transformasi perekonomian bali yang diinisiasi oleh Bapak Menteri PPN/Kepala Bappenas. Kami berharap konsep ini dapat dilaksanakan pada tahun 2022 serta bertahap dan berlanjut sampai menjadi percontohan yang sukses,” tambahnya. (Adv/balipost)