Ketut Suwidiarta. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com- Semangat berkarya perupa Bali terus terjaga. Pandemi COVID-19 tak menjadi halangan berarti bagi seniman berkreativitas.

Terbukti, muncul karya-karya baru dengan merespons fenomena kekinian. Pameran karya pun marak dilakukan, tentu dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

Salah satu perupa Bali yang gigih berkarya di masa pandemi adalah I Ketut Suwidiarta, M.F.A. Seniman asal Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal Badung ini justru memanfaatkan waktu dengan baik di masa pandemi. ‘’Pada hakikatnya perupa tidak terpengaruh oleh pandemi dan penanganannya selama ini, semisal PPKM atau lock down. Justru, perupa punya waktu lebih intens untuk berkarya. Lebih kontemplatif dan fokus. Tentu prokes tetap dijalankan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19,’’ kata lulusan magister Rabindra Bharati University, West Bengal, Kolkata, India ini, Rabu (8/12).

Baca juga:  Astra Motor Bali Berbagi dengan Pengungsi Gunung Agung

Dikatakan, seniman biasanya terpacu adrenalinnya ketika dalam kondisi krisis untuk menghasilkan karya. Karena itu masa pandemi dipandang sebagai oportunity atau kesempatan untuk berkarya lebih banyak.

Maka, saat pandemi pameran karya marak dilakukan para perupa Bali, baik secara online, maupun offline dengan prokes ketat. Kemudian publikasi karya bisa dilakukan lewat media sosial yang tersedia.

Ini, tentunya sangat membantu perupa. ‘’Pandemi kami anggap sebagai sebuah anugerah, sehingga bisa lebih fokus berkarya dan menghasilkan banyak karya. Hal yang sama barangkali dimaknai oleh teman perupa, sehingga tak terhitung kegiatan seni rupa yang berlangsung selama pandemi,’’ katanya.

Baca juga:  Penanganan COVID-19 Jembrana Masuk Zona Risiko Rendah

Menurut Suwidiarta, upaya maksimal sudah dilakukan pemerintah dan steakholder yang lain untuk mencegah penyebaran COVID-19. Kuncinya, dengan vaksinasi dan tetap disiplin menerapkan prokes, diharapkan kasus COVID-19 makin melandai.

Terlebih saat ini muncul varian baru yakni Omicron. ‘’Sejauh prokes dilakukan, tidak usah khawatir berlebihan terhadap COVID-19 dan munculnya varian baru. Di masa pandemi ini kita mesti tetap mencari cara kreatif untuk tetap survive di tengah pandemi,’’ ujarnya.

Baca juga:  Kasus Baru Positif COVID-19 Kembali Turun, Pasien Sembuh Terus Bertambah

Justru pandemi adalah momentum untuk mengevaluasi hidup, juga keputusan pembangunan yang tidak pro lingkungan. Ia berharap jangan sampai di tengah pandemi yang mestinya dijadikan ajang kontemplasi, masih marak pembangunan mengalahkan sektor pertanian dan mengekspolitasi hutan, yang seharusnya di masa ini lebih dikuatkan.

Lebih jauh, ia berpandangan tidak ada sesuatu yang terjadinya di dunia in tanpa bisa dimaknai. Pandemi harus dibaca sebagai peluang atau kesempatan untuk berbenah, dan menata ulang lingkungan menjadi lebih baik. (Subrata/balipost)

BAGIKAN