Pembukaan BDF ke-14 digelar Kamis (9/12) di Nusa Dua. Kegiatan tahunan ini dilaksanakan secara hybrid dan diikuti 95 negara. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali Democracy Forum (BDF) ke-14 Tahun 2021 yang digelar secara hybrid resmi dibuka secara langsung oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (9/12). BDF ke-14 ini mengangkat tema “Democracy for Humanity: Advancing Economic and Social Justice during the Pandemic”.

Tahun ini BDF dibuat lebih interaktif dengan meminta pandangan para ahli di bidangnya. Selain juga meminta pandangan para menteri, termasuk di antaranya ekonom peraih Nobel, Joseph Stiglitz.

BDF kali ini diikuti oleh 335 peserta dari 95 negara dan 4 Organisasi Internasional yang hadir baik secara fisik maupun secara virtual. Bahkan, Sekjen PBB António Guterres dan 18 pejabat setingkat menteri/wakil menteri (Menlu AS Antony Blinken, Menlu RRT Wang Yi, Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, Menlu Selandia Baru Nanaia Mahuta dan lainnya) turut berpartisipasi dalam BDF yang berlangsung sehari ini.

Baca juga:  BDF, Pertemuan Internasional Pertama Secara Hybrid Digelar di Nusa Dua

Menlu Retno Marsudi, mengatakan bahwa tema BDF ke-14 ini sangat relevan dengan situasi saat ini dan merupakan kelanjutan dari tema BDF sebelumnya, yaitu “Democracy and Covid-19 Pandemic”. Bahkan, dalam sambutannya, Sekjen PBB António menyatakan bahwa recovery for all depends on equality for all.

Pandemi Covid-19 berpeluang memperlebar kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang. Untuk itu, sebagai komunitas global, kita semua harus bekerja sama agar kesetaraan dapat dijalankan.

Antara lain melalui peringanan hutang, pemberian akses setara terhadap vaksin, dan meningkatkan investasi untuk ketahanan kesehatan, jaminan sosial, dan pendidikan bagi semua. Apalagi, Equality atau kesetaraan tidak hanya menjadi ruh dari demokrasi, tapi juga sebagai mesin penggerak bagi upaya pemulihan. Equality is an engine for recovery.

Baca juga:  Amankan BDF, Kodam Kerahkan Alutsista

Meskipun masih sangat rentan, namun saat ini dunia sudah mulai beranjak pulih dari pandemi. Ekonomi global diperkirakan tumbuh 5,9% tahun ini, banyak negara telah melonggarkan kebijakan pengetatan, namun banyak juga negara yang melakukan pengetatan secara sementara karena munculnya varian baru Omicron. “Mindset kita telah berubah dari bertahan menjadi pemulihan, from survival to recovery. Saya sampaikan bahwa pandemi ini datang pada saat demokrasi dibanyak negara mengalami kemunduran,” ujar Retno Marsudi.

Menurut laporan Freedom House tahun 2021, Retno Marsudi memaparkan bahwa kebebasan global menurun dalam 15 tahun terakhir dan 75% penduduk dunia hidup di dalam negara yang mengalami kemunduran demokrasi tahun lalu. Pandemi semakin memperburuk kemunduran demokrasi tersebut karena telah memaksa kita untuk mengubah cara kita menjalankan pemerintahan.

Baca juga:  Bangli Garap Tarian Maskot, Ini Bunga yang Diusulkan Dipakai

Retno Marsudi menekankan pentingnya untuk terus menjalankan demokrasi dimasa pemulihan. Dalam kaitan ini ada 3 hal yang ditekankan. Pertama, kita harus memegang teguh prinsip keseteraan untuk memastikan pemulihan yang cepat.

Dalam demokrasi, keseteraan adalah soal fairness. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang setara untuk menang melawan pandemi Covid-19.

Untuk itu, harus dipastikan akses vaksin yang setara bagi semua. Sebab, jurang kesenjangan vaksinasi saat ini masih sangat lebar. Sebanyak 64,94% popoulasi negara kaya telah divaksinasi setidaknya dengan 1 dosis, sementara di negara berpendapatan rendah baru 8,06%. (Winatha/balipost)

BAGIKAN