MANGUPURA, BALIPOST.com – Sebanyak 150 hingga 180 kegiatan serangkaian Presidensi Indonesia di KTT G20 akan digelar di Indonesia. Mayoritas di antaranya, akan diselenggarakan di Bali.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves, Odo RM Manuhutu mengatakan, Presidensi Indonesia di KTT G20 akan membawa manfaat besar. Terutama meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar Rp 7,43 triliun.
Lebih lanjut, menurutnya, tak hanya untuk saat ini, namun juga jauh ke depan. Manfaat itupun lanjut dia, bersifat multiplier effect, baik langsung ataupun tidak langsung.
Apabila dibandingkan dengan IMF World Bank yang dampaknya lebih dari Rp 1,5 triliun, G20 ini disebutnya akan lebih besar lagi. Karena negara-negara yang hadir adalah negara yang menguasai GDP (Gross Domestic Product) dunia.
Negara-negara yang tergabung dalam G20 adalah “the most powerful nation in the world” (negara-negara paling kuat di dunia). “Pada G20 ini, ada 5 negara yang memiliki senjata nuklir. Maka dari sisi tersebut, dari aspek ekonominya kuat dan politiknya juga kuat,” katanya, Sabtu (11/12) di Kuta.
Dikatakan Odo, ada banyak hal yang akan dibahas dalam gelaran G20. Mayoritas di antaranya berkaitan dengan isu-isu finansial dan moneter. “Serangkaian G20, maka dalam satu tahun ke depan akan ada lebih dari 150 meeting yang akan diselenggarakan di berbagai tempat di Indonesia. Namun puncaknya adalah diselenggarakan di Bali. Karenanya, harapan kami agar ini bisa dimanfaatkan untuk me-rebranding Bali sebagai destinasi berkualitas. Bali yang selama ini terkenal dengan mass tourism, saatnya Bali mendorong quality tourism,” ucapnya.
Puncak KTT G20 yang rencana terselenggara pada 31 Oktober 2022 akan dipimpin langsung Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Ada sejumlah isu yang diangkat, seperti digitalisasi, kesehatan, serta recovery dari pandemi. “Karenanya, segenap masyarakat diharapkan untuk tidak sekedar jadi penonton. Melainkan turut berpartisipasi, misalnya dengan bertransformasi memanfaatkan momentum menuju digitalisasi,” harapnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Usman Kansong menambahkan, G20 yang terselenggara dari 1 Desember 2021 hingga 31 Oktober 2022 nanti, akan terlaksana 150 hingga 180 kegiatan pertemuan di Indonesia. Mayoritas di antaranya, akan diselenggarakan di Bali. “Manfaat G20 ini sesungguhnya bukan hanya untuk Indonesia saja, melainkan untuk dunia. Yakni agar kita segera pulih, sesuai temanya yakni recover together recover stronger,” bebernya.
G20, ditegaskannya, bukanlah sekedar pertemuan. Melainkan menghasilkan sesuatu yang konkret dan baik bagi Indonesia. Misalnya di bidang inklusi keuangan, pembiayaan hijau, dan transformasi digital. “Paling penting juga, Presiden menyampaikan bahwa kita harus menjadi tuan rumah yang baik, supaya memberi kesan positif saat mereka pulang ke negara masing-masing,” tambahnya.
Kaitan dengan itu pula, sejumlah infrastruktur di Bali dipastikan akan dibenahi. Hal tersebut tentunya akan menguntungkan Bali sendiri secara jangka panjang.
G20 atau Group of Twenty ini, terdiri dari negara Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Britania Raya, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, Rusia, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. Kaitan dengan pandemi, kehadiran para delegasi 20 negara tersebut dipastikan dibarengi penerapan protokol kesehatan ketat. Apalagi kaitan dengan adanya varian Covid-19 Omicron.
Bicara soal manfaat, Kepala Biro Komunikasi Kemenko Marves, Andreas Dipi Patria, memyampaikan,sesungguhnya ada banyak sekali manfaat yang dapat diterima Indonesia dari ratusan rangkaian pertemuan G20 dalam kurun waktu selama 1 tahun ke depan. Pertama, yaitu meningkatkan kepercayaan internasional terhadap Indonesia, terutama kaitan dengan investor asing.
Kedua, mempromosikan budaya, iklim usaha, dan pariwisata Indonesia, yang sekaligus dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, serta meningkatkan investasi utamanya di sektor pariwisata. Ketiga, etalase kemajuan program vaksinasi dan penanganan Covid-19 di Indonesia serta mitigasi tangangan pandemi Covid-19 melalui kerjasama ketersediaan vaksin (terbukanya akses vaksin dan kemitraan produksi vaksin).
Berikutnya, yakni peluang kerja sama usaha dari UMKM hingga korporasi termasuk adopsi pengalaman dan transfer teknologi. Kelima, peluang kemitraan global dalam perdagangan (global value chain). Serta keenam, tangible result dan multiplier effect lainnya bagi ekonomi dan kepentingan rakyat Indonesia, termasuk mendorong peningkatan pendapatan domestik (regional dan nasional) dan mengurangi kesenjangan sosial. (Yudi Karnaedi/balipost)