Salah satu kegiatan di Desa Adat Gunung Luwih, Kecamatan Sukasada. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Desa Adat Gunung Luwih di Kecamatan Sukasada menyimpan potensi objek wisata alam. Potensi itu sudah banyak yang mengenal yaitu objek wisata Air Terjun Gitgit.

Sejak ditemukan, desa adat bersama-sama pemerintahan desa dinas dan pemerintah daerah mengelola objek wisata alam itu. Pengelolaan potensi yang menjanjikan itu sekarang terus ditingkatkan, sehingga mampu menambah sumber pendapatan asli di desa adat.

Bendesa Adat Gunung Luwih, Komang Pasek Arjana, Senin (13/12) mengatakan, sejak terbentuk desa adat yang sekarang dipimpinnya itu terbagi menjadi tujuh banjar adat yaitu, Gitgit, Pererenan Bunut, Ampanan, Sila Kerti, Wira Buana, Munduk Tabuan, Munduk Jaka, Yeh Muncrat, dan Banjar Adat Tiing Lipid. Hingga kini krama desa yang tercatat sebanyak 734 kepala keluarga (KK). Di mana, sebagian besar profesi mereka adalah menjadi petani kebun. Sisanya, sehari-hari menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, Polri, hingga menjadi pelaut ke luar negeri.

Baca juga:  Tingkatkan Koleksi, Perpustakaan Karangasem Jajaki Kerjasama dengan Museum Lontar Penaban

Desa Adat Gunung Luwih juga mewarisi Pura Kayangan Tiga yaitu, Pura Desa, Puseh, dan Pura Dalem. Di luar itu, ada juga Pura Kayangan Desa maisng-masing Pura Ayu Mas Meketel Sari. Pura ini sendiri terletak di Banjar Adat Gitgit tepatnya di kawasan objek wisata air terjun. Selain itu, desa adat ini juga mengempon Pura Beji sebagai deretan kayangan desa. “Dari prahyangan kami bertanggung jawab menjadi pangempon baik di Pura Khayangan Tiga dan Khayangan Desa,” katanya.

Baca juga:  Undiksha Buka Penerimaan 3 Ribu Mahasiswa

Menurut Bendesa Komang Pasek Arjana, Desa Adat Gunung Luwih mengelola potensi wisata alam yang berada di wewidangannya sendiri. Selama ini, objek yang satu ini telah mampu menopang pendapatan asli desa adat untuk melaksanakan pemerintahan atau kewajiban dalam upacara dan upakara.

Sebelum pandemi virus Corona (Covid-19), objek Wisata Air Terjun ini menghasilkan pendapatan yang lumayan. Namun di saat pandemi seperti sekarang ini kunjungan wisatawan baik nusantara dan mancanegara sepi. Situasi ini menyebabkan penghasilan desa adat juga melorot. “Kalau dulu dari penghasilan objek wisata air terjun itu cukup membantu kami dalam melaksanakan kewajiban dan pemerintahan, namun sekarang karena Covid-19 tamu yang berkunjung sepi, sehingga pemasukan juga turun drastis,” tegasnya.

Baca juga:  Desa Adat Munduk Ulan Geliatkan Potensi Lokal

Meskipun pendapatan turun, lanjut Pasek Arjana, ke depan pengelolaan objek wisata Air Terjun Gitgit akan dioptimalkan lagi. Program yang akan dilakukan adalah penguatan sumber daya manusia (SDM) pengelolanya melalui pembinaan keahlian pengelolaan pariwisata.

Selain itu, juga dirancang program penataan kawasan, sehingga dapat memikat daya tarik kepada wisatawan untuk berkunjung. “Kami sudah punya program untuk pengelolaan kawasan wisata. Salah satunya penguatan SDM melalui pelatihan dan juga dari penataan kawasan karena saat ini masih perlu ditata lagi, sehingga dapat mempercantik kawasan di sana sebagai objek wisata,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN