Perajin Ubud sedang bekerja. Ubud menjadi penggerak pemasaran produk kreatif UMKM sehingga bisa menembus pasar ekspor. (BP/kup)

GIANYAR, BALIPOST.com – Kabupaten Gianyar sebagai salah satu kota kerajinan dunia (World Craft City) sudah diakui dunia internasional. Gianyar yang banyak mengandalkan sektor pariwisata menjadikan Ubud penggerak pemasaran produk kreatif UMKM sehingga menembus pasar ekspor. Di tengah pandemi, ekspor produk kreatif Gianyar menjadi tumpuan setelah pariwisata nyaris mati suri.

Bupati Gianyar I Made Mahayastra mengatakan sejarah kerajinan di Kabupaten Gianyar yang sangat beragam, mulai dari budaya, nilai, kesinambungan, nilai global, ekonomi hingga jenis-jenis kerajinan. Tidak hanya Ubud, tujuh kecamatan di Kabupaten Gianyar terdapat berbagai jenis kerajinan yang menjadi ciri khas mereka yang membuat keragaman kerajinan di Gianyar. Seperti Desa Celuk terkenal dengan kerajinan perak, Desa Singapadu dengan kerajinan batu padas, Desa Beng Gianyar dengan
kerajinan baju barong, Desa Tampaksiring dengan kerajinan tulang dan lain-lainnya.

Ketua Bumdes Bersama Gianyar Aman, Mangku Nyoman Kandia menyampaikan tumbuhnya ekonomi kreatif di Gianyar tidak lepas dari perkembangan pariwisata di Ubud. Tahun 1927 atas kedatangan turis pertama Walter Spies dan prakarsa dari Punggawa Ubud Tjokorda Gde Agung Soekawati, telah mentransformasi Ubud dari pertanian menuju kawasan wisata.

Berkat kebaikan hati kolonial Belanda Tahun 1931
seniman Ubud diajak pentas seni di Kota Paris dalam
pameran the colonial, dan ini titik awal Desa Ubud dikenal wisatawan Mancanegara. Bertitik tolak dari promosi tersebut perlahan-lahan Ubud mendapat kunjungan wisatawan mancanegara.

Baca juga:  Begini Modus Kadis "Peras" Pemohon Izin

Mangku Kandia yang juga Ketua Forum Komunikasi
Pokdarwis Gianyar menuturkan, setelah era reformasi
1998 perkembangan Ubud dalam membangun akomodasi wisata sangat pesat, diawali dengan resort mewah seperti Kupu-kupu Barong dan
Amandari Hotel yang memperkenalkan Ubud tempat
wisata berkelas dunia. Bahkan berbagai penghargaan
dunia sebagai best destination diraihnya.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar Pande Mahayana Adityawarman mengatakan tumbuhnya akomodasi di Ubud memberikan peran pemasaran produk kreatif UMKM di Ubud dan sekitarnya. Bahkan hotel di Ubud dijadikan galery untuk memasarkan produk kreatif perajin lokal baik lukisan, kerajinan pahat kayu maupun kerajinan pahat batu.

Pria yang akrab disapa Adit Pande ini meyakini keberadaan seni dan budaya memberikan dampak pertumbuhan ekonomi Ubud dan Gianyar. Dalam pemasaran produk kreatif, anggota PHRI juga memberikan masukan kepada perajin untuk memproduksi kerajinan yang sesuai selera wisatawan. Seperti kerajinan seni pahat wisatawan memiliki keterbatasan bagasi sehingga pelaku UMKM diarahkan memproduksi kerajinan berukuran kecil dan gampang dibawa.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Gianyar, Agus Ega Indra Jaya, mengatakan Gianyar mulai Ubud dan sekitarnya banyak tumbuh UMKM yang memproduksi produk kreatif. Untuk itu, Kadin Gianyar berupaya membantu melancarkan pemasaran produk UMKM yang berorientasi ekspor.

Produk kreatif UMKM di Daerah Ubud, Tegallalang, Sebatu dan sekitarnya masih sangat diminati oleh para buyer luar negeri dan para importir. Kadin Gianyar bersinergi dengan Wakil Ketua Umum Bidang Logistik dan Forwarding membantu mendatangkan buyer-buyer luar negeri guna menyerap produk kreatif UMKM di Gianyar.

Baca juga:  Klaim Kesehatan Naik Signifikan, Sejumlah Penyakit Ini Mendominasi

Dalam kondisi pandemi ini, Kadin menyiapkan beberapa katalog produk UMKM lokal untuk buyer yang tidak bisa datang ke Indonesia. Banyak pelaku UMKM belum mengetahui tata cara melakukan ekspor.

Dari segi finansial Kadin juga membantu proses pembayaran produk UMKM. Kadin membantu memberikan deposit kepada UMKM untuk produk berorientasi ekspor. “Sebelum ambil barang Kadin melakukan quality control habis itu kita lakukan pengepakan barang milik UMKM dan kita lakukan pembayaran,” ucap Agus Ega.

Ia meyakinkan uang customer masuk ke rekening logistik. Kadin membantu pemasaran dan pengiriman produk kreatif ke pasar ekspor UMKM fokus berproduksi melakukan kreativitas.

Kadin akan membantu UMKM sampai Pelaku UMKM mempunyai izin ekspor dan tahu tata cara ekspor bagaimana tata cara dan aturan di negara tujuan ekspor.

Didukung Digital Marketing

Sejak lama Ubud sudah dikenal sebagai sentra produk seni baik lukisan, topeng, produk kerajinan kayu, bambu, hingga pariwisata. Dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari aktivitas ekonomi Ubud.

Akademisi Unud Prof. Wayan Ramantha, Jumat (17/12) mengatakan, Ubud memang menjadi salah satu sentra industri kreatif, di samping destinasi wisata. “Di sana merupakan pusat seniman, orang kreatif sehingga memang cocok jadi penyangga, jadi benteng dan tempat sentra industri kreatif,” ujarnya.

Baca juga:  Berjualan di Fasum, Satpol PP Semprit Pedagang di Ubud

Dengan nama besar Ubud akan membawa dampak terhadap industri kreatif di sana baik dari sisi pemasaran dan branding. “Dengan nama Ubud bisa membawa dampak secara keseluruhan di Bali,” imbuhnya.

Konsep one village one product akan semakin memudahkan dalam branding. Termasuk Kecamatan Ubud, bisa dikembangkan satu produk.

Pada masing-masing desa di Ubud bisa mengangkat satu produk yang diunggulkan sehingga nama Ubud dapat mengangkat daerah lainnya. Dengan adanya konsep ekonomi yang menurutnya telah kentara di Ubud, kini yang harus dilakukan adalah memasarkannya.

Aktivitas ekonomi yang tumbuh alami, bottom up itu harus ditopang dengan digital marketing agar penyebaran informasi dan akses pasar bisa lebih luas. Untuk itu kehadiran pemerintah sangat diperlukan dalam mendorong digital marketingnya.

Apalagi dalam visi misi Gubernur Bali terdapat misi mengembangkan ekonomi digital. Sehingga kepala daerah di Gianyar tinggal menerjemahkan misi tersebut dalam bentuk kebijakan dan penerapan.

“Dengan digitalisasi, pameran bisa menyasar pasar lebih luas, produk Ubud bisa lebih dikenal. Kehadiran pemerintah sangat diperlukan, entah dibentuk kreatif hub, diberikan sarana prasarana, agar bisa produk tersebut go internasional,” jelasnya. (Wirnaya/Citta Maya/balipost)

BAGIKAN