DENPASAR, BALIPOST.com – Meski sudah membuka penerbangan Internasional pada 14 Oktober 2021 wisatawan mancanegara yang datang ke Bali masih nihil. Bahkan, sejak dibuka hingga pertengahan Desember, pihak Bandara Ngurah Rai menyebutkan belum ada maskapai yang mengajukan slot penerbangan.
Untuk menyelamatkan sektor pariwisata Bali yang terpuruk hampir 2 tahun karena pandemi ini, sebanyak 40 lebih asosiasi pariwisata, termasuk Forum Bali Bangkit, diundang rapat koordinasi oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Selasa (21/12). Menurut Wakil Ketua BPD PHRI Bali, I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya, dari koordinasi itu disepakati ada 5 usulan yang diajukan pelaku pariwisata Bali ke pusat.
Pertama, kebijakan visa untuk memudahkan wisman datang. Kedua, kebijakan karantina perlu ditinjau kembali karena Bali sudah hijau.
Ketiga, kebijakan flight atau direct flight langsung ke Bali. Keempat, mengupayakan untuk memperluas negara-negara yang akan diajak kerja sama, karena saat ini baru 19 negara yang warganya diizinkan masuk ke Bali. Padahal masih ada Australia yang sudah siap, termasuk Amerika yang merupakan pangsa pasar Bali. “Ini harus dikerjasamakan dengan maskapai,” ujarnya.
Usulan kelima, yakni asuransi yang dikatakan memberatkan. “Jangan dipaksakan 100 ribu USD, yang penting mereka memiliki asuransi yang meng-cover COVID-19,” ucapnya.
Pihaknya juga sudah menyampaikan untuk esensial dan diplomatik bagi kedatangan penerbangan internasional, diharapkan tidak hanya di Jakarta. “Untuk second step kita, internasional harus segera dibuka. Seperti essential business dan diplomatic agar statusnya sama seperti Jakarta. Bali siap untuk karantina,” katanya.
Lima poin ini, lanjut Rai, akan disusun bersama kelompok ahli.
Untuk akhir tahun ini, Bali akan memaksimalkan pangsa pasar domestik. Karena wisatawan domestik ini merupakan pangsa pasar yang cukup besar. “Kebijakan ini (kerjasama dengan negara lain-red) akan dievaluasi setelah Nataru. Jadi sebelum Nataru domestik harus digencarkan,” kata Rai yang juga Ketua PHRI Badung ini.
Hal senada juga disampaikan Ketua DPD IHGMA Bali, Dr. Yoga Iswara. Ia juga berharap Bali bisa dibuka secara bertahap.
Kalau bisa, Bali disamakan dengan Jakarta. Yakni, semua negara yang tidak memiliki risiko tinggi (kasus COVID-19) diizinkan masuk. “Kami hanya ingin diperlakukan sama seperti Jakarta. Ada lima poin yang kita ajukan. Kami berharap Bali ini diperlakukan parsial, diperlakukan khusus,” ucapnya. (Yudi Karnaedi/balipost)