Suantara sedang melayani pembeli di Suditara Jewellery, Badung. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Suantara sedang melayani pembeli ketika Bali Post berkunjung ke Suditara Jewelery di Jalan Pusat Pemerintah (Puspem) Badung No.51, Banjar Uma Gunung, Kelurahan Sempidi. Letak galerinya di pintu keluar Puspem Badung karena memang usahanya tersebut berawal dari menawarkan perhiasan desainnya ke pegawai-pegawai Puspem Badung.

Melihat geliat usahanya, ia yang awalnya bekerja di perusahaan travel, bersama istri memutuskan untuk serius menjalani usaha tersebut. Modal menjalankan usaha dari orangtua tak cukup lagi untuk mencover. Ia pun memutuskan untuk meminjam permodalan di Bank BRI.

Modal pertama yang ia peroleh dari BRI tahun 2007 sebesar Rp 25 juta. Dengan modal itu, ia bisa membuat produk untuk memenuhi pesanan. Begitu produk jadi, ia memutar kembali modalnya untuk membuat produk yang lain.

Baca juga:  Operasi Prokes di Kuta, Sejumlah WNA Terjaring

Hingga skala usahanya semakin membesar, ia pun meminjam lebih besar lagi. Selain untuk memenuhi pesanan, modal juga digunakan untuk membuat stok.

Suantara didampingi istrinya Komang Sudiati menjelaskan bahwa dalam usaha perhiasan, modal lebih banyak digunakan untuk membeli bahan baku. Bahan baku emas yaitu emas Antam didapatkan di Bali sedangkan bahan baku berlian mesti ia peroleh dari Jakarta.

Dalam sebulan, omzet penjualannya bisa mencapai Rp 1 miliar. Selain dari pegawai Puspem Badung, penjualannya sudah merambah ke luar Bali seperti Jakarta, Palu dan kota – kota besar lainnya. Semua pasar bisa diperoleh dari berjualan via online baik instagram, facebook dan google bisnis. Dengan penjualan secara online, ia sangat terbantu dengan transaksi pembayaran online seperti transfer utamanya menggunakan aplikasi Brimo. “Lewat online segalanya dimudahkan apalagi sekarang ada Brimo jadi membantu transaksi lebih cepat,” ujarnya Jumat (17/12).

Baca juga:  Bali’s Economy Relies on Migrant Residents

Menurutnya, penjualan secara online untuk barang berharga seperti perhiasan ini sangat tergantung dari kepercayaan pelanggan. Beruntung tokonya sudah dipercaya pelanggan – pelanggannya sehingga repeat order kerap ia terima.

Sayangnya, pandemi juga memukul usahanya. Omzet sebelum pandemi mencapai Rp 1 miliar turun drastis hanya mencapai Rp 350 juta-Rp 500 juta sebulan.

Meski demikian ia tetap buka dan menjalankan usahanya. Hal itu juga tidak terlepas dari keringanan bunga yang diberikan Bank BRI dari 12% menjadi 7,5% per tahun. Hal itu cukup membantunya untuk bertahan dan tetap menjalankan usahanya.

Baca juga:  Perumda Air Minum di Denpasar akan Naikkan Tarif

Selain itu, permintaan akan reparasi perhiasan dan musim pernikahan juga cukup membantunya di masa pandemi ini. Ia tak berhenti berusaha meski pandemi karena ia menyadari ada 9 karyawan yang mesti dihidupkan dari berjalannya usahanya. (Adv/balipost)

BAGIKAN