SINGARAJA, BALIPOST.com – Rencana Pemkab Buleleng memungut retribusi di areal Ruang Terbuka Hijau Taman Bung Karno (RTH-TBK) Lingkungan Sangket, Kelurahan/ Kecamatan Sukasada, dibatalkan. Pembatalan karena RTH dibangun untuk terus menambah kawasan RTH di Buleleng.
Selain itu, dari pembangunan RTH itu menunjukkan Buleleng pernah memiliki keterkaitan sejarah. Ibunda Sukarno berasal dari Lingkungan Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng.
Hal itu dikatakan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS), akhir pekan lalu. Sebagai pembuat kebijakan, pihaknya menjamin tidak ada pungutan retribsi di areal RTH-TBK Sangket.
Jaminan tidak ada pungutan retribusi ini baik untuk tiket masuk untuk warga dan wisatawan, pemanfaatan kios, panggung, dan taman. Pemanfaatan kawasan RTH-TBK untuk lokasi syuting foto dan video professional, dan retribusi areal parkir juga dipastikan tidak akan dipungut oleh pemerintah daerah.
Sepenuhnya RTH-TBK dibangun dan dipersembahkan untuk masyarakat Buleleng. “Jadi saya tegaskan RTH-TBK itu tidak dipungut biaya masuk untuk pengunjung. Seluruh kebijakan itu dibuat oleh bupati,” katanya.
Terkait rencana skema pungutan retribusi di RTH-TBK, Bupati menyebut, rencana itu berdasarkan pertimbangan kajian teknis. Karena melihat beban biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan cukup besar.
Meski begitu, untuk tatanan kebijakan, Bupati mengaku sudah mempersiapkan skema kebijakan yang akan dijalankan. Pemeliharaan taman akan dibebankan kepada Pemerintah Daerah. “Taman tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kenyamanan, sehingga saya membuat kebijakan tidak ada pembayaran atau retribusi di sana,” tegasnya.
Di sisi lain Bupati mengatakan, dia tidak mau pembangunan RTH-TBK dimanfaatkan untuk elektabilitas dan peningkatan elektoral. “Ini milik masyarakat Buleleng, nanti untuk ide-ide apa yang akan ditampilkan di sana, setelah ini akan kita bahas bersama, baik itu pementasan seni tari tentang Bung Karno atau pementasan lainnya,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, RTH-TBK telah rampung dibangun. RTH yang menjadi kebanggaan masyarakat itu pun sudah diupacarai secara Hindu Bali. (Mudiarta/balipost)