Suasana di Tahura Ngurah Rai. Di 2022, saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dihelat di Bali, 20 pemimpin negara-negara anggota G20 akan diajak untuk melihat kawasan Tahura yang sudah bersolek. (BP/Febrian Putra)

DENPASAR, BALIPOST.com – Setahun terakhir, pelestarian mangrove menjadi perhatian banyak pihak. Ini sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo menjadikan penataan kawasan mangrove sebagai bentuk komitmen dalam menangani perubahan iklim. Bahkan di 2022, saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dihelat di Bali, 20 pemimpin negara-negara anggota G20 akan diajak untuk melihat kawasan Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai yang sudah bersolek.

Di 2021, tercatat dua kali Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Tahura Ngurah Rai. Yaitu pada 8 Oktober dan 2 Desember. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, sangat jarang ada kunjungan presiden ke lokasi itu.

Saat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden, tepatnya 26 Juni 2013, Tahura Ngurah Rai pernah dikunjungi bersama Christiano Ronaldo, sang superstar sepakbola. Mereka melakukan penanaman mangrove dalam acara bertajuk “Save Mangrove Save Earth 2013” yang juga dihadiri oleh para duta besar negara sahabat.

Setelah 2013, tidak pernah ada kegiatan menanam mangrove di Bali yang dilakukan dengan skala publisitas sebesar itu. Mangrove seperti kehilangan popularitas, bahkan diterpa ancaman alih fungsi dengan adanya upaya mereklamasi Teluk Benoa.

Namun di 2020, popularitas mangrove kembali naik daun. Hutan mangrove Bali kembali bersolek. Dijadikan percontohan rehabilitasi ekosistem hutan mangrove yang dimanfaatkan sebagai sarana edukasi, pariwisata, dan penguatan perekonomian oleh pemerintah.

Dalam kunjungannya pada awal Desember 2021, Presiden Jokowi mengatakan, hutan mangrove yang disiapkan untuk dikunjungi oleh para pemimpin delegasi Group of Twenty (G20) pada 2022 mendatang ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam penanganan perubahan iklim. “Ini akan menunjukkan nantinya keseriusan kita merestorasi hutan mangrove, merehabilitasi hutan mangrove, merestorasi hutan gambut, dan merestorasi lahan-lahan kritis yang ada di negara kita. Saya kira komitmen itu yang ingin kita tunjukkan secara konkret, secara riil di lapangan. Nanti 20 kepala negara akan kita ajak semuanya ke sini,” tutur Presiden.

Baca juga:  BMKG Akan Ukur Kualitas Udara Saat Nyepi
Presiden dan Ibu Negara mendengarkan penjelasan persiapan Tahura Ngurah Rai menjadi lokasi showcase pada pertemuan KTT G20 di 2022. (BP/Istimewa)

Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dyah Murtiningsih menuturkan bahwa rehabilitasi mangrove ini merupakan bentuk kerja sama dengan berbagai pihak. Dyah optimistis hutan mangrove tersebut akan siap dikunjungi para pemimpin delegasi G20. “Kita juga sudah mengundang para ahli untuk membahas terkait dengan persemaian mangrove yang akan kita bangun di sini. Kita optimis, yakin karena dengan bersama-sama dengan kementerian yang lain juga kita akan bersama-sama membangun, sehingga pada saatnya pada bulan Oktober kita sudah akan siap untuk menerima kunjungan dari anggota G20,” ucapnya.

Dyah menuturkan bahwa upaya ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia bersungguh-sungguh dalam upaya rehabilitasi mangrove. “Kalau kita melihat Tahura (Taman Hutan Raya) Ngurah Rai ini dulunya adalah tambak terbuka tahun 1992 dengan upaya yang sangat maksimal sehingga lokasi ini ataupun Tahura ini mangrovenya bisa terbangun dengan baik,” lanjutnya.

Dukung Penuh

Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Prov. Bali, I Made Teja, mengatakan Gubernur Bali, Wayan Koster berkomitmen mendukung penuh penyelenggaraan KTT G20 yang dijadwalkan berlangsung 30 Oktober 2022. Untuk mematangkan persiapan KTT G20, Gubernur Koster juga berkomitmen mendukung penataan kawasan Mangrove yang akan dijadikan showcase oleh pemimpin dunia yang hadir.

Baca juga:  Cegah Terulangnya Tagih Hutang Berujung Pembunuhan, Polda Bali Kumpulkan "Finance"
I Made Teja. (BP/Istimewa)

Seluas 1.200 hektare hutan mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai, lanjutnya, akan ditata dengan baik. “Terutama pada tempat showcase mangrove yang jadi konsen Presiden Jokowi,” ungkapnya.

Lebih jauh dikatakan, bahwa Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan kebijakan untuk perlindungan tanaman endemik, termasuk mangrove sebagai bagian dari pembangunan Bali agar harmoni terhadap lingkungannya yang sejalan dengan amanat Peraturan Gubernur Bali Nomor 29 Tahun 2020 tentang Pelestarian Tanaman Lokal Bali Sebagai Taman Gumi Banten, Puspa Dewata, Usada dan Penghijauan. Selain mendukung penuh penataan hutan mangrove, lanjut Made Teja bahwa Pemerintah Provinsi Bali juga tengah menggeber program energi bersih sebagai showcase sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Ditambahkan, Kepala UPTD Tahura Ngurah Rai, Ketut Subandi, Gubernur Koster selalu memberikan arahan dalam upaya melestarikan keberadaan hutan, khususnya Hutan Mangrove yang ada di Tahura Ngurah Rai. Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali selalu dijadikan pedoman untuk menjaga kelestarian hutan “Wana Kerthi” mangrove yang luasnya 1.373,5 hektare (SK Menhut No.554/Kpts-II/1993) di sepanjang Teluk Benoa, yang membentang dari Sanur Kauh, Denpasar sampai Tanjung Benoa, Badung.

Baca juga:  Sampah Pengerupukan di Bangli Capai Puluhan Meter Kubik, Diangkut 5 Truk

Terkait persiapan G20, Subandi mengatakan bahwa saat ini penataan hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai khususnya pada lokasi showcase mangrove sedang dilakukan. Sedangkan untuk pembangunan tempat pusat berkunjungnya para pemimpin negara di kawasan hutan mangrove Tahura Ngurah Rai masih dalam tahap perencanaan dan penganggaran di kementerian terkait.

Ketut Subandi. (BP/Istimewa)

Subandi menegaskan, sampai saat ini tidak ada alih fungsi lahan di kawasan Tahura Ngurah Rai.
Dikatakan, hasil dari keberadaan mangrove ini yang telah direhabilitasi sejak tahun 1993 ini, ternyata telah mampu menyerap emisi karbon yang ada di perkotaan Denpasar dan Badung.

Di dalam menekan emisi karbon, Gubernur Koster juga dinilainya memiliki komitmen untuk menjaga keamanan, kebersihan hutan mangrove dari ancaman sampah plastik, agar hutan mangrove ini tidak rusak terkena polusi sampah plastik.

“Arahan Bapak Gubernur Bali Wayan Koster selalu menekankan keamanan dan kebersihan mangrove dari ancaman sampah plastik. Sehingga untuk mewujudkannya, Kami mengajak masyarakat hingga lembaga swasta lainnya untuk menjaga kelestarian mangrove ini,” ungkapnya.

Ketut Subandi, mengatakan bahwa keberadaan hutan mangrove sangat penting peranannya sebagai penyangga wilayah di daerah Denpasar dan Badung, termasuk mendukung terwujudnya pembangunan yang rendah karbon, karena mangrove mampu menyerap karbon 4 sampai 5 kali lipat dari pohon lainnya. Jadi hutan mangrove ini memiliki daya serap karbon yang tinggi, selain memiliki fungsi sebagai pelindung wilayah pesisir pantai di sepanjang Teluk Benoa dari ancaman arus air laut. (Diah Dewi/Winatha/balipost)

BAGIKAN