Pemotongan tumpeng perayaan ke-20 tahun Runa House of Design and Museum dilakukan Adrian Palar dan Runi Palar. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Setelah selama 1,5 tahun dihantam pandemi, Runa House of Design and Museum ingin bangkit kembali membuat desain perhiasan teranyar dan berkreativitas. Maka dari itu, dilakukan perayaan 20 tahun berdirinya Runa House of Design and Museum di Jalan Jineng Nomor 7, Lodtunduh, Ubud, Gianyar pada Rabu (29/12).

Pengelola Sosial Media Runa House of Design and Museum, Majma menuturkan, dua tahun ini pandemi dan semua bisnis mengalami kendala dan kesulitan. “Dan karena itu pun kami merayakan anniversary ini untuk memperingati sudah dua puluh tahun, kami ingin bangkit kembali,” ungkapnya.

Baca juga:  Puluhan Pengawas Desa Siap Awasi Penyelenggaraan Pemilu 2024

Runa House of Design and Museum adalah milik Runi Palar dan Adrian Palar. Pasangan seniman itu pada awalnya memulai bisnis kecil-kecilan di Bandung. Namun seiring perkembangan skala usahanya, mereka memutuskan pindah ke Bali, pada awalnya di Batubulan.

Keinginan mereka untuk tinggal di Ubud, akhirnya diwujudkan dengan membuat musem untuk menyimpan semua karya Runi Palar. Museum tersebut diresmikan pada 2001 oleh Gubernur Bali pada waktu itu Dewa Berata.

Baca juga:  Tak Hanya Tempat Ibadah Hindu, Prambanan Sumber Inspirasi Dunia

Runi Palar merupakan seorang penari professional Jawa dan Bali, namun darah seni kerajinan asal Yogyakarta mengalir pada dirinya. Hal itulah yang membuat Runi memulai aktivitas mendesain perhiasan.

Sementara Adrian Palar juga seorang seniman lukis yang dulunya seorang design interior. Kedua seniman tersebut menyatu melahirkan desain perhiasan dengan signature Runi Palar yang elegan dan simple.

Semua desain Runi dari masa ke masa diabadikan di museum tersebut. Nama Runa sendiri berasal dari kata Runi dan Adrian. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  40 Tahun Berkarya, Runi Palar Hadirkan "Dancing in Silver"
BAGIKAN