Pelawatan saat prosesi upacara ngadegang di Desa Adat Dalem Setra Batununggul. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Upacara Ngadegang kembali digelar Krama Banjar Adat Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul, Kecamatan Nusa Penida, Rabu (29/12). Upacara berlangsung hikmat, diawali dengan melasti baru dilanjutkan dengan ritual upacara ngadegang pelawatan barong dan lainnya disungsung menuju pantai setempat. Ini sebagai ritus setahun sekali, sebagai peneduh jagat.

Klian Banjar Sampalan, I Dewa Made Suarjana saat dikomfirmasi, Kamis (30/12) menyampaikan upacara ngadegang secara periodik dilakukan setiap tahun sekali, menjelang Tilem Kapitu. Penyelenggaraannya berbarengan dengan rahina Buda Cemeng Merakih. Sebelumnya, pelawatan Ida Bhatara pada enam bulan lalu juga dilaksanakan upacara Ngodakin dan Pasupati serta Ngerehang.

“ Upacara ngadegang merupakan ritus untuk mewujudkan keharmonisan Buana Agung dan Buana Alit atau sebagai peneduh jagat,” katanya.

Baca juga:  Desa Buahan Geliatkan Potensi Lokal yang Melimpah

Dalam Ngadegang pelawatan barong dan lainnya disucikan, selanjutnya Ngadeg atau Nyejer selama 11 hari. Begitu juga prosesi mendak Ida Bhatara Tirta dari Pura Kahyangan Jagat se-Nusa Penida yang nantinya saat penyineban dibagikan kepada krama untuk dipercikkan di parahyangan, pawongan serta palemahan masing-masing rumah.

Ngadegang, kata Dewa Suarjana, dimaksudkan sebagai prosesi untuk mengingatkan umat atau karma setempat, agar tetap menjaga keharmonisan dan jauh lebih besar adalah untuk mewujudkan keseimbangan antara Buana Alit dengan Buana Agung. Dualitas ini akan selalu saling berhubungan dimana antara manusia dengan sang pencipta, dalam meningkatkan kualitas spiritual umat Hindu setempat.

“Perlengkapan upakara dan persiapan lainnya dilakukan secara gotong royong baik oleh krama maupun sekaa setempat. Rasa kebersamaan terus berdenyut walapun gempuran globalisasi terus menekan dan mengerus spiritualitas umat,” ujar Dewa Suarjana.

Baca juga:  Hari Kedua, Seminar ICNT Digelar di Taman Nusa Tulikup

Usai prosesi melasti ke Segara, Pelawatan Barong Bangkal dan Pelawatan lainnya diusung menuju perempatan desa. Dengan sigap para pecalang mengatur arus lalu lintas yang selama 45 menit terhenti total, menunggu prosesi upacara itu selesai. Pemangku nampak menghaturkan Segehan Agung dengan caru ayam hitam sebagai korban suci dalam prosesi upacara di perempatan desa.

Bendesa Adat Dalem Setra Batununggul I Dewa Ketut Anom Astika, menyampaikan upacara ini juga sebagai wujud terima kasih atas karunia yang sudah berikan oleh Sang Pencipta. “Tepat pada awal tahun musim penghujan, upacara ini digelar, dimaksudkan agar jagat landuh, teduh dan terwujud kerahayuan serta terciptanya kedamaian setiap insan umat Hindu,” terang Dewa Anom.

Baca juga:  Pecahkan Rekor MURI, 12.262 Orang Menarikan Tari Saman di Gayo Leus

Penghujung tahun ini, wilayah Desa Adat Dalam Setra Batununggul sempat dilanda banjir bandang. Dewa Anom menyampaikan upacara ini merupakan sekaligus bentuk peruwatan jagat dimana secara niskala dan sekala terjadi keseimbangan. Melestarikan adat, tradisi dan budaya menjadi salah satu implementasi dari visi Pemprov Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

“Disini kita (krama) mendak nedunang Ida Bhatara Tirta, nyejer selama 11 hari. Setelah penyineban, tirta tersebut dibagikan kepada krama untuk dipercikkan ke parahyangan, pawongan serta pelemahan masing-masing, “ tutup Dewa Anom. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN