DENPASAR, BALIPOST.com – Akademisi Pariwisata, Putu Anom, Minggu (2/1/2022) mengatakan, jika dilihat dari sudut ekonomi, pariwisata Bali terlalu rapuh karena hanya mengandalkan Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang itu-itu saja. Hal ini menjadi tantangan bagi para ahli di bidang pariwisata.
Ia menilai dengan peletakan batu pertama pembangunan Bali Hospital Internasional oleh Presiden Joko Widodo di akhir 2021, ada destinasi baru untuk kesehatan, baik domestik maupun wisman. Sebab, rata-rata 2 juta warga Indonesia berobat keluar, terutamanya ke Singapura.
Anom menyebutkan pariwisata Bali harus memiliki diversifikasi produk, diantaranya yang bisa dikembangkan adalah wisata kesehatan/health tourism, wisata pendidikan dan penelitian, wisata olah raga, termasuk yoga untuk kesehatan, sport tourism, wisata untuk kelompok wisatawan lansia, wisata minat khusus, seperri wisata alam, dan wisata perdesaan dengan mengembangkan desa-desa wisata yang memiliki keindahan alam, keunikan, dan lainnya.
Meski demikian, ia menegaskan, pengembangan pariwisata Bali tetap harus sesuai visi Nangun Sat Kertih Loka Bali yaitu dengan mengusung green tourism, pariwisata yang tidak sampai merusak lingkungan alam Bali, menuju pelestarian budaya Bali dan juga memanfaatkan potensi lokal Bali dengan obat-obatan herbal dan healing yang diramu lewat Usada Bali sebagai ilmu pengobatan tradisional Bali.
Ia pun mengatakan ke depannya, perekonomian Bali tidak hanya bertumpu pada sektor pariwisata yang sangat rentan dipengaruhi oleh kondisi bencana alam, kesehatan, politik, keamanan, dan kenyamanan. “Bali juga seharusnya menyeimbangkan semua sektor yang ada baik sektor primer maupun sektor sekunder dan tentu tidak berarti meninggalkan sektor pariwisata sebagai sektor tersier,” jelasnya. (Citta Maya/balipost)