dr. I Made Gede Dwipayana Putra, S.Ked. (BP/Istimewa)

Oleh dr. I Made Gede Dwipayana Putra, S.Ked

Tuberkulosis yang selanjutnya disebut TB adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kelompok bakteri tahan asam (BTA), disebut mycobacterium tuberculosis. Ada beberapa varian mycobacterium tuberculosis, yakni mycobacterium leprae, mycobacterium bovis, dan mycobacterium africanum.

Penderita tuberkulosis dapat dikenali dengan
melihat munculnya beberapa gejala yang ada pada
diri seseorang antara lain, batuk berdahak selama
2 minggu atau lebih, dahak bercampur darah,
sesak nafas, nyeri dada, keringat malam tanpa
aktivitas fisik, meriang, demam selama lebih dari
satu bulan, badan lemas, nafsu makan menurun,
dan terjadi penurunan berat badan. Jika seseorang
mengalami gejala seperti itu, maka orang tersebut
dapat diduga menderita penyakit tuberkulosis.

Ada sebuah perkiraan yang menyatakan bahwa sekitar 2 miliar orang (sekitar seperempat populasi dunia) terinfeksi benih penyakit tuberkulosis. Menurut Center for Disease Control and Prevention (2019) diperkirakan setiap tahunnya, ada 10 juta orang mengalami TB dan 1,6 juta diantaranya meninggal dunia.

Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI (2018) secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Insiden kasus tertinggi berada di India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan. Jumlah
kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018).

Baca juga:  Konsep Keberlanjutan dalam Bisnis

Prevalensi TB dengan konfirmasi bakteriologis
di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk,
dengan perbandingan laki-laki 3 kali lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Tingginya angka TB di Indonesia disebabkan dua faktor, endogen dan eksogen yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi penyakit tuberkulosis.

Eksogen adalah faktor yang berasal dari luar diri
individu, seperti tingkat pendidikan, keadaan
sosial ekonomi, merokok, jenis pekerjaan, dan
kondisi lingkungan tempat tinggal individu. Sedangkan faktor endogen merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang
menyebabkan rentan terhadap infeksi tuberkulosis.

Meskipun demikian tingginya risiko terinfeksi
penyakit tuberkulosis paru bagi masyarakat Indonesia, namun pada kenyataannya masyarakat banyak yang kurang memahami gejala penyakit tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap gejala dari penyakit tuberkulosis itu sendiri, di samping rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi kehidupan di dunia ini.

Baca juga:  Bantuan Dana Pandemi bagi Dunia Pariwisata

Sebelum terjangkit oleh penyakit ini tampaknya
penting dikemukakan beberapa cara untuk mengatasi timbulnya gejala tuberkulosis ini, agar masyarakat dapat mencegah munculnya penyakit tersebut. Ada pun cara dimaksud antara lain, pertama, makan makanan yang bergizi seimbang; kedua, istirahat yang cukup; ketiga, menghindari perilaku merokok dan minum minuman beralkohol; keempat, menjaga lingkungan agar tetap bersih dan asri; kelima, rumah tempat tinggal harus memiliki ventilasi yang baik; dan
keenam, lakukan imunisasi BCG untuk balita (bayi di bawah lima tahun).

Selain itu, untuk mencegah jangan sampai
penyakit tuberkulosis yang diderita seseorang itu
menular kepada orang lain, maka dapat dilakukan
beberapa cara sebagai berikut. (1) tidak meludah
di sembarang tempat; (2) menutup mulut saat
batuk atau bersin; (3) berperilaku hidup bersih dan
sehat; dan (4) berobat jika telah terinfeksi sesuai
aturan sampai sembuh. Akan tetapi jika seseorang
telah positif terjangkit oleh bakteri tuberkulosis,
maka sebaiknya cepat-cepat dibawa ke rumah
sakit atau puskesmas terdekat untuk segera
mendapat penanganan dokter.

Baca juga:  PTM Berkelanjutan

Berdasarkan prosedur kesehatan penangan penyakit tuberkulosis dapat dilakukan dengan cara anamnesis, yakni dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dengan mengacu pada teori
kesehatan, penyakit tuberkulosis pada dasarnya
dapat menyerang semua organ tubuh (multiorgan).

Oleh karena itu, gejala klinis tuberkulosis secara umum dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu gejala pernafasan (gejala organ yang terlibat) dan
gejala sistemik. Gejala pernafasan tuberkulosis
memiliki ciri-ciri seperti batuk? 2 minggu, sesak
nafas, batuk darah, dan nyeri dada.

Sedangkan gejala sistemik pada penderita tuberkulosis dapat berupa demam, malaise, keringat malam, dan berat badan menurun, yang mana hal tersebut semua ditemukan pada kasus penderita penyakit tuberkulosis. Bagi penderita tuberkulosis dapat juga mengalami gejala ekstra paru.

Untuk dapat mengenali gejala tuberkulosis paru yang ada pada diri pasien, maka terlebih dahulu harus dipahami bahwa tuberkulosis itu, tidak hanya menyerang organ paru, tetapi juga bisa menyerang organ tubuh lainnya, seperti dapat menyerang kulit yang sering disebut dengan scrofuloderma.

Penulis, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tahun 2021, tinggal di Denpasar

BAGIKAN