DENPASAR, BALIPOST.com – Rektor Universitas Warmadewa (Unwar), Prof. dr. Dewa Putu Widjana, DAP&E.,Sp.ParK. meminta agar temuan kasus varian Omicron yang sempat berlibur di Bali jangan dipolitisir. Sebab, ia menduga ada upaya memojokkan Bali sebagai destinasi wisata terkenal dengan adanya isu yang berkembang bahwa kasus di Surabaya, Jawa Timur itu tertular saat liburan di Bali.
“Saya pikir ini jangan-jangan dipolitisir. Karena Bali itu sangat terkenal dengan daerah destinasi wisata internasional yang paling yahud, sehingga banyak orang yang iri, dan bagaimana caranya supaya pariwisata Bali itu tidak maju-maju,” ujar Prof. Widjana, Senin (3/1).
Prof. Widjana menduga, isu Omicron ini menjadi “jurus pamungkas” untuk menggoyang pariwisata Bali. Sebab belum diketahui pasti kebenaran orang Surabaya tersebut terinfeksi Omicron di Bali. “Dalam perjalanan ke Bali dari asalnya, bisa saja sudah ke mana-mana. Belum bisa dibuktikan bahwa memang benar-benar dia tertular di Bali,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa di Bali belum ada Omicron. Mengingat Pemerintah Provinsi Bali sangat ketat dalam mengatur persyaratan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) dan memberlakukan PPKM.
Apalagi pintu masuk Bali dijaga ketat. Baik itu melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padang Bai, Benoa, dan juga Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Tidak hanya itu, lanjut Prof. Widjana bahwa capaian vaksinasi COVID-19 di Bali untuk yang pertama telah mencapai 102 persen lebih. Bahkan, program vaksinasi hingga tiga kali, khususnya bagi tenaga kesehatan telah dilakukan.
Tak hanya itu, vaksinasi anak usia 6-11 tahun juga telah dimulai, dan kini masuk vaksinasi tahap II. “Jadi sangat kecil kemungkinan Omicron masuk Bali,” tegasnya.
Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19 Unwar, Dr. dr. Dewa Ayu Putri Sri Masyeni, Sp.PD-KPTI., menambahkan bahwa masa inkubasi Omicron hampir sama dengan varian COVID-19 sebelumnya. Bahkan, gejala klinisnya lebih ringan.
Namun yang membedakan yaitu gejala yang ditunjukkan dan kecepatan transmisi penularannya yang begitu cepat. “Kalau dari studi, literatur, dan publikasi-publikasi memang kecepatan transmisi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan varian Delta, tetapi gejala klinisnya justru lebih ringan,” imbuh dr. Masyeni yang juga Penanggung jawab Lab Biomol FKIK Unwar.
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan varian Omicron ini bisa menular kepada orang yang sudah tervaksinasi. Hal ini tergantung dari kadar antibodi setiap orang. “Kalau toh (orang yang sudah tervaksinasi, red) kena, gejalanya ringan, bahkan tidak terasa,” pungkasnya. (Winatha/balipost)