Hari Lapang Tani - Wabup Patriana saat mencoba insektisida berbahan organik buatan petani lokal di demplot subak abian pala werdi banjar rangdu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Rabu (5/1). (BP/Ist)

NEGARA, BALIPOST.com – Komoditi produksi kakao Kabupaten Jembrana menempati posisi puncak dari produksi kakao se-Indonesia. Namun posisi tertinggi ini bukan dikarenakan kuantitas atau volume produksi, melainkan tertinggi dari sisi kualitas.

Kualitas kakao Jembrana telah diakui sebagai komoditi berkualitas bagus di Indonesia. Pasalnya, produksi biji kakao Jembrana dilakukan melalui fermentasi. Selain itu juga para petani kakao dalam pembudidayaan mengunakan pola dan sistem ramah lingkungan.

Hal itu diungkapkan Direktur Yayasan Kalimajari, IGA Agung Widiastuti saat peringatan Hari Lapang Tani yang dipusatkan di Banjar Rangdu, Desa Pohsanten, Rabu (5/1).

Peringatan Hari Lapang Tani yang dibuka langsung oleh wakil bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna ini turut dihadiri Kadis Pertanian, pimpinan BUMN, juga puluhan kelompok subak abian yang tersebar di kabupaten Jembrana. “Dari kuantitas memang produksi cokelat kita masih sangat kecil jika dibandingkan provinsi se-Indonesia. Namun yang kita kedepankan kualitas produksi dengan metode fermentasi ini,” ujar Widiastuti.

Baca juga:  Kembangkan Sektor Lain yang "Inline" Pariwisata

Agung Widiastuti menambahkan dengan implementasi produksi kakao fermentasi di Jembrana, mampu menyetarakan diri dengan produksi kakao dunia. “Pola fermentasi yang kita terapkan di Bali khususnya di kabupaten jembrana menjadikan kebanggaan para petani budidaya di bali lantaran produksi kita (Bali) mampu bersaing di pasar dunia khususnya pasar Amerika,” ujarnya.

Terkait budidaya tanaman kakao ramah lingkungan, para petani kakao di Bali khususnya di Jembrana dilakukan dengan pola organik. “Mulai dari pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit semuanya menggunakan dengan pola organik. Misalnya pemupukan menggunakan kompos, fungisida dan insektisida masing masing juga menggunakan berasal dari ramuan yang telah diracik oleh para anggota kelompok tani,” paparnya.

Baca juga:  Kualitas Udara Kota Jakarta Terburuk Kedua di Dunia

Sementara wakil bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna mengatakan, hari lapang tani mampu dijadikan momentum bagi kalangan tani dan generasi muda untuk lebih bergairah dalam budidaya disektor pertanian.” Saat ini kabupaten Jembrana yang nata bene daerah agraris dan masyarakatnya sebagian besar bergelut di sektor pertanian. Untuk itu harap lebih bergairah bertani khususnya budidaya tanaman kakao,” kata Wabup Ipat.

Lebih jauh, Ipat juga menjelaskan di masa pandemi Covid-19 berbagai daerah mengalami berbagai kesulitan , namun sektor pertanian dan perkebunan Jembrana masih tetap bertahan. Salah satunya adalah produksi di sektor pertanian masih kuat seperti komoditas kakao sendiri.

Baca juga:  PTS Harus Bersinergi Majukan Kualitas Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

Wabup Ipat berharap para petani kakao mampu berinovasi sehingga akan dapat menambah penghasilan. “Memang kita ( Jembrana) akui produksi kakao masih sangat kecil namun secara umum di Indonesia kakao menempati posisi keenam dunia. Saya harapkan kepada para petani kakao di Jembrana ini untuk melakukan inovasi inovasi baru khususnya dengan melakukan prosesing biji kakao fermentasi. Dengan cara ini selain biji kakao Jembrana dapat bersaing di pasar dunia secara ekonomi,” tambah Wabup.

“Juga saya yakinkan akan menambah pendapatan baik kepada para petani itu sendiri juga berkontribusi bagi pendapatan negara,” pungkasnya. (Adv/balipost)

BAGIKAN