DENPASAR, BALIPOST.com – Bali mandiri dan berdikari bukanlah hal yang mustahil. Bali punya modal untuk bangkit dan Bali memerlukan kesadaran untuk solid bergerak mengelola potensi yang ada. Peta jalan Ekonomi Kerthi Bali merupakan bentuk kesadaran kita atas potensi Bali yang bisa menjadi kekuatan Bali untuk bangkit dan mandiri.
Demikian rangkuman pendapat akademisi dari Undiknas Prof. I.B. Raka Suardana, Akademisi dari Universitas Udayana Prof. Wayan Ramantha kepada Bali Post, Rabu (5/1). Salah satu Tri Sakti Bung Karno adalah berdikari secara ekonomi.
Hal ini menjadi landasan dalam pembangunan Bali termasuk ekonomi Bali. Namun dalam mewujudkan hal ini perlu upaya-upaya konkret yang harus dilakukan bersama atas kesadaran bersama.
Prof. Raka Suardana mengatakan, perlahan-lahan Bali diyakini mampu mewujudkan kemandirian ekonomi karena sejumlah amunisi telah dimiliki Bali di antaranya, lembaga keuangan milik krama desa adat yaitu LPD. Bahkan kesadaran akan kemandirian
di bidang keuangan telah terbentuk sejak tahun 1984.
Tidak hanya kemandirian di bidang keuangan, Bali juga telah mampu secara mandiri memproduksi pangan sendiri bahkan kesadaran memproduksi pangan sehat sudah mulai bergema di seluruh Bali.
Menurutnya, jika hanya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Bali yang berjumlah 4,3 juta, tanah Bali
mampu memenuhinya. Begitu juga SDM Bali tidak kurang apapun dalam memenuhi segala kebutuhannya baik tuntutan kebutuhan primer
maupun kebutuhan modernitas.
Hanya saja, Bali masih tertatih-tatih dalam memenuhi
kebutuhan energi karena seperti diketahui Bali tidak
memiliki sumber daya alam berupa tambang, hanya alam yang indah dan tanah yang subur. Maka dari itu pasokan energi baik listrik maupun BBM masih dipasok dari luar Bali.
Meski demikian gerakan-gerakan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada seperti sumber daya matahari, sumber daya arus laut, sumber daya yang lain telah mulai dilakukan. Memang membutuhkan proses yang panjang namun kesadaran telah muncul.
Akademisi dari Universitas Udayana Prof. Wayan Ramantha mengatakan, kesadaran akan potensi
Bali untuk mewujudkan kemandirian ekonomi Bali telah dituangkan dalam peta jalan ekonomi Bali yaitu Ekonomi Kerthi. Gubernur Bali telahbmembuat jalan bagi Bali menuju berdikari secara ekonomi.
Yang perlu dilakukan saat ini adalah pengawasan
atau monitoring peta jalannya tersebut agar sesuai arah. “Misalnya seperti secara regulasi telah ditetapkan pemberdayaan produk lokal, kalau tidak disertai dengan pengawasan, seperti produk
untuk menunjang aktivitas pariwisata, kalau tidak dipantau apakah pelaku pariwisata sudah atau belum menggunakan produk lokal, ini kan perlu dibentuk tim monitoring,” ungkapnya.
Partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk
menyukseskan peta jalan ini. Maka dari itu, masyarakat juga harus ambil andil dalam menjalankan roda ekonomi Bali yang telah digariskan
Gubernur Bali Wayan Koster di antaranya pertanian dalam arti luas termasuk peternakan dan perkebunan, sektor kelautan dan perikanan, sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi, sektor ekonomi kreatif dan digital dan sektor pariwisata.
“Peta jalan ekonomi Bali ini harus kita maknai sebagai upaya untuk menjaga kemandirian secara ekonomi
yang pada akhirnya akan bisa meningkatkan ekonomi sekaligus pemerataan ekonomi yang dikenal growth with equity, dan saat ini Ekonomi Kerthi Bali sebagai roadmap pembangunan perekonomian sudah dibuat Gubernur, dalam rangka mengimplementasi kemandirian ekonomi bisa terwujud baik jangka
panjang dan menengah,” ujarnya.
Roadmap ini bisa diwujudkan dengan catatan ada
perjuangan yang dilakukan secara keras. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan peta jalan ekonomi ini harus digugah bahwa hal tersebut penting untuk keberlanjutan dan ketahanan ekonomi Bali ke depannya.
“Dalam melewati peta jalan tersebut, pengetahuan atau Knowledge masyarakat sangat penting. Selain itu agar bisa berjalan sesuai peta, maka perlu di-Organizing dengan baik, siapa yang melakukan,
siapa yang mengawasi, siapa yang memantau, siapa yang meneruskan di tingkat kabupaten/kota. Peta jualan tersebut harus dilakukan dengan kerja keras, Strong. Kita semua juga harus percaya, Trust, bahwa peta jalan ini terbaik untuk kepentingan kita semua, dengan demikian akan tercipta Equilibrium, seimbang di seluruh Bali antarsektor, tidak hanya dominan di pariwisata. Semua yang dilakukan harus berasaskan tanggung jawab atau Responsibility,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)