JAKARTA, BALIPOST.com – Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menyayangkan perkembangan tingkat provinsi menunjukkan perkembangan kurang baik, salah satunya Bali. Dikhawatirkan, dampak Nataru pada kenaikan kasus mulai terlihat 2 minggu kemudian.
Dari data terbaru, ada kenaikan kasus aktif ini pada sejumlah provinsi. Terjadi kenaikan selama 4 minggu berturut-turut yaitu di provinsi Ibukota DKI Jakarta dan Kepulauan Riau.
Lalu kenaikan dalam 3 minggu berturut-turut yaitu Kalimantan Selatan. Serta kenaikan dalam 2 minggu terakhir, salah satunya Bali. Selain itu, ada Aceh, Sumatera Utara, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara serta Papua.
“Perlu diperhatikan bahwa pada beberapa daerah data kenaikan kasus banyak dikontribusikan oleh pencatatan kasus dari pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis diterima Jumat (7/1).
Dalam hal ini, seluruh Pemda diminta mengantisipasi terhadap kemungkinan kenaikan kasus beberapa minggu ke depan. Hal ini merupakan dampak dari periode Natal dan Tahun Baru.
Terkait ini, Pemerintah pusat melalui berbagai kementerian dan lembaga juga terus mengupayakan seluruh tahapan pelaksanaan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri dilaksanakan dengan baik. Tujuannya mencegah penularan lokal dari orang positif apalagi yang terinfeksi varian Omicron. “Tentunya hal ini hanya dapat berhasil dengan peran serta masyarakat yang patuh menjalankan aturan karantina yang sudah ditetapkan,” lanjutnya.
Yang juga penting, setiap daerah harus berupaya mencegah agar importasi kasus ini tidak lolos ke masyarakat. Serta melakukan langkah pengendalian apabila terjadi indikasi transmisi komunitas sedini mungkin. “Kedisiplinan protokol kesehatan di tempat umum dan bagi pelaku perjalanan juga perlu untuk selalu diawasi dan ditegakkan untuk mencegah semakin meluasnya penularan,” pungkas Wiku.
Terpisah, Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Bali, Made Rentin, Kamis (6/1) menyebutkan bahwa penambahan kasus di Bali konsisten di 1 digit. Selain itu, seluruh kabupaten/kota masih Zona Kuning atau risiko rendah.
Dijelaskannya, dari data per 5 Januari, kasus aktif Bali mencapai 58 orang. Sebanyak 40 orang (68,97 persen) dirawat di RS rujukan, 6 orang (10,34 persen) menjalani isolasi terpusat, dan 12 orang (20,69 persen) sedang isolasi mandiri.
Saat ini, lanjutnya lewat pesan WhatsApp, terdapat 175 lokasi isolasi terpusat yang tersebar di 9 kabupaten/kota. Dari kapasitas 883 bed, sudah terisi sebanyak 6 bed (0,68 persen) dan sisa 877 bed (99,32 persen). (Diah Dewi/balipost)