MANGUPURA, BALIPOST.com – A.A. Gede Wedhatama, merupakan anak muda Bali kelahiran Singaraja, 37 tahun silam. Wedhatama yang lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini tidak memiliki basis pertanian, justru ia berkuliah di bidang informasi dan teknologi.
Namun, ia memutuskan terjun ke usaha pertanian karena ingin memajukan pertanian Bali dengan mengubah paradigma pertanian konvensional ke modern. “Sejak dua tahun ini kita sudah menggunakan smart farming. Bagaimana kita di Bali harus bersatu dengan berbagai macam gaya, komoditas sehingga mata rantai pertanian berjalan,” ungkapnya.
Tidak hanya di hulu penerapan konsep bertani modern dilakukan, pada hilir rantai pertanian yaitu pemasaran juga menerapkan konsep modern. Ia memasarkan produk pertanian Bali melalui aplikasi BOS (Bali Organik Subak) Fresh yang dapat diunduh di playstore.
Dengan aplikasi ini, masyarakat dapat memesan produk pertanian langsung ke petani sehingga dapat langsung membeli produk petani Bali. Hal ini membuktikan bahwa ilmu IT yang dimiliki berguna untuk memajukan pertanian Bali.
Agung Wedha, demikian ia akrab disapa, juga mulai merintis penjualan produk pertanian secara offline. Ia menyediakan kios penjualan produk petani Bali di rumah produksinya di Jalan Raya Kapal, Mengwi.
Keseriusannya memajukan pertanian Bali membuatnya membentuk komunitas Petani Muda Keren (PMK) dan koperasi. “Kami membuat komitmen, memiliki visi dan misi bahwa bertani sangat mulia. Kita ingin membuktikan bahwa menjadi petani bisa sejahtera, makmur, berjaya dan bisa bermanfaat untuk bangsa Indonesia. Kita juga mengajak anak muda tidak hanya bertani untuk berorientasi profit, tapi petani yang menjaga lingkungan, menjaga pulau kita tercinta, menjaga air, tanah kita,” bebernya.
Ia mulai melakukan gerakan PMK sejak 2014. Bersama-sama, ia membuat mata rantai pertanian terintegrasi, dari hulu ke hilir. “Di hulunya pertanian organik, di hilir kita membuat koperasi untuk menyalurkan hasil pertanian,” ungkapnya.
Hampir 8 tahun, PMK dengan visi utama menjadikan petani pintar, cerdas, dan penjaga tatanan negara Republik Indonesia (Petani), masih eksis. Menurutnya tidak majunya pertanian di Indonesia karena petani banyak menjadi buruh, bukan enterpreneur, pengusaha. “Hal-hal inilah yang kita edukasi kepada petani kita, petani yang sesungguhnya,” ujarnya.
Selain menyadarkan masyarakat menjadi petani enterpreneur, ia juga tekun menularkan praktek bertani organik untuk menjaga keberlangsungan alam Bali. “Konsumen sehat kantongnya petani juga sehat”, demikian jargon yang kerap ia utarakan.
Selain itu dengan pertanian organik, produktivitas semakin naik, cost operasional semakin turun dan pertanian Bali bisa sustainable. “Oleh sebab itu sebagai anak muda Bali hendaknya menjaga pertanian dengan sistem subak. Dengan sistem subak pertanian akan kembali terjaga, karena pertanian kita sangat bergantung pada air. Maka dengan sistem subak, sistem pengairan bisa terjaga,” imbuhnya.
Usaha-usaha pertanian yang dilakukan, dari PMK hingga smart farming membuatnya mendapat penghargaan K. Nadha Nugraha 2022. Dengan diberikannya penghargaan K.Nadha Nugraha, diakui ia semakin semangat untuk membangun Bali. Sebab, sesuatu yang ia kerjakan selama ini mendapat penghargaan dari Bali Post. (Citta Maya/balipost)