DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksinasi COVID-19 dosis lanjutan atau booster akan dimulai besok, Rabu (12/1). Dalam keterangan virtualnya, Menkes Budi mengatakan vaksin booster akan diprioritaskan pada dua kelompok, yakni lanjut usia (lansia) dan kelompok rentan atau immunocompromise.
Ia menyebutkan bahwa vaksinasi booster bersifat gratis demi melindungi seluruh masyarakat Indonesia. “Vaksinasi booster ini penting bagi seluruh rakyat Indonesia diberikan sebagai komitmen dari pemerintah untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia dari ancaman COVID-19 dan termasuk varian-varian barunya,” kata Menkes dipantau di kanal YouTube Kementerian Kesehatan RI.
Ia mengatakan Indonesia sudah memiliki vaksin yang cukup, baik dari kontrak pengadaan vaksin tahun lalu yang pengirimannya akan tiba awal tahun ini, maupun juga adanya tambahan yang cukup signifikan dari vaksin donasi dunia melalui program kerjasama Covax maupun bilateral. Sebagai informasi, lanjutnya, Covax memberikan komitmen bantuan 20 persen dari populasi Indonesia, sekarang dikonfirmasi akan ditingkatkan menjadi 30 persen dari populasi Indonesia. “Kira-kira setara dengan vaksinasi 27 juta orang atau kira-kira setara dengan 54 juta dosis vaksin gratis yang bisa diterima pemerintah dari tahun lalu maupun tahun ini,” jelasnya.
Pemerintah, kata Menkes Budi, akan memberikan vaksinasi booster dengan mempertimbangkan ketersediaan vaksin yang ada tahun ini. Karena jenisnya akan berbeda dengan ketersediaan vaksin di tahun lalu. Terdapat juga pertimbangan hasil riset yang dilakukan peneliti dalam maupun luar negeri.
Ia memaparkan ada 3 kombinasi vaksinasi booster akan diberikan mulai 12 Januari. Rezim pertama, vaksin primer dosis lengkap Sinovac akan diberikan setengah dosis Pfizer. Rezim kedua, vaksin dosis lengkap Sinovac akan diberikan booster setengah dosis AstraZeneca. Alternatif ketiga, untuk vaksin primer Astrazeneca akan diberikan setengah dosis Moderna. “Sekali lagi kami sampaikan ini adalah kombinasi awal dari rezim vaksin booster yang akan kita berikan berdasarkan ketersediaan vaksin dan juga hasil riset yang sudah disetujui oleh Badan POM dan ITAGI. Yang artinya bisa berkembang tergantung hasil riset yang masuk dan ketersediaan vaksin yang ada,” paparnya.
Ia mengatakan dari hasil penelitian dalam dan luar negeri menunjukkan bahwa vaksin booster heterologous atau dengan kombinasi jenis yang berbeda menunjukkan peningkatan antibodi yang relatif baik dari vaksin booster homologous atau dengan jenis yang sama. “Hasil penelitian dalam dan luar negeri juga menunjukkan hasil vaksin booster setengah dosis menunjukkan level antibodi yang relatif sama atau lebih baik dari sistem booster dosis penuh dan memberikan dampak KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) yang lebih ringan,” urainya. (Diah Dewi/balipost)