SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pembangunan Kawasan Pusat Kebudayaan Bali sudah memasuki tahap pematangan lahan pada awal 2022 ini. Areal sekitar pun sudah diratakan dengan puluhan alat berat.
Kepala Dinas PUPRPKP (Pekerjaan Umum, Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Pemukiman) Provinsi Bali, Nusakti Yasa Wedha, mengatakan untuk mematangkan Kawasan Pusat Kebudayaan Bali setidaknya 7,9 juta meter kubik material diperlukan. Nusakti menyampaikan tahapan pematangan lahan ini, sebagai tindak lanjut setelah diselesaikannya tanda tangan kontrak dengan delapan rekanan yang akan menggarap proyek ini.
Dari nilai pagu anggaran sebesar Rp 535,6 miliar, yang teken kontrak oleh rekanan sebesar Rp 426,2 miliar atau sekitar 79 persen. Sehingga masih ada sisa sekitar Rp 109,4 miliar yang bisa digunakan untuk penataan lebih lanjut.
Dalam pematangan lahan ini Kawasan Pusat Kebudayaan Bali ini, total rencananya akan menghabiskan 7,9 juta meter kubik material.
Sebanyak 4 jutaan meter kubik sudah tersedia. Rinciannya, sebanyak 1,5 juta meter kubik berasal dari hasil kerukan di areal Pelabuhan Benoa, yang dilaksanakan oleh PT Pelindo Persero, 1 juta meter kubik dari hasil galian dalam kawasan eks galian C, dan sebanyak 1,5 juta meter kubik berasal dari quarry (tambang) terdekat dengan kawasan, baik dari kerukan waduk maupun dari kerukan marina. “Jadi dari kebutuhan material 7 juta meter kubik lebih, masih kurang lagi 3 juta meter kubik lebih, khususnya untuk pemadatan akses jalan ke lokasi,” tegasnya.
Sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan, proses pematangan lahan ditarget selesai pada Oktober nanti. Dia mengaku optimis bisa selesai tepat waktu, sehingga selanjutnya ke tahap pembangunan fisik.
Di atas tanah seluas 334 hektare eks galian C Klungkung, Kawasan Pusat Kebudayaan Bali akan dibangun secara utuh konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Total anggaran PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) sebesar Rp 2,5 triliun akan digunakan untuk mewujudkannya.
Kawasan Pusat Kebudayaan Bali ini akan memiliki zona inti, zona penunjang, dan zona penyangga. Ini sudah mulai dikerjakan pada 2022.
Untuk zona inti terdiri dari 15 fasilitas pentas seni, dengan panggung terbuka utama berkapasitas 15 ribu orang. Kemudian panggung terbuka madya berkapasitas 4 ribu orang dan panggung terbuka lainnya berkapasitas 2 ribu orang.
Pada zona inti juga akan dibangun 12 museum tematik. Sedangkan zona penunjangnya, ada areal hotel, apartemen hingga fasilitas usaha pariwisata.
Pada zona penyangga, ada Tukad Unda, Pelabuhan Gunaksa akan dilanjutkan, dan Embung atau Muara juga dikerjakan dengan APBN. Dilanjutkan dengan penataan pendukung agar lebih kawasan ini menjadi lebih tertata rapi.
Pada zona penyangga juga akan dibangun hutan, taman ekologi eksotik seluas 70-90 hektare. Ini dibangun dengan mengimplementasikan kearifan lokal Sat Kerthi. Target paling cepat rampungnya proyek ini adalah 2024. Semua komponen dibangun dengan terpadu, terintegrasi dengan infrakstruktur serta ramah lingkungan. (Bagiarta/balipost)