Hanif Yahya. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pada September 2021, jumlah penduduk miskin di Bali lebih tinggi dari periode sebelumnya. Jumlahnya sebanyak 211,46 ribu orang atau 4,72 persen dari total penduduk. Angka ini tertinggi kedua setelah periode September 2015 yang mencapai 218,79 ribu orang.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Hanif Yahya, Senin (17/1) mengatakan pada periode sebelumnya, jumlah penduduk miskin di Bali selalu berada di bawah 200 ribu orang. Dibandingkan dengan Maret 2021, jumlah penduduk miskin meningkat 0,19 persen poin. Sedangkan dibandingkan September 2020 meningkat 0,27 persen poin.

Baca juga:  2021, Bali Kembali Tumbuh Minus

Jumlah penduduk miskin di Bali pada September 2021 sebanyak 211,46 ribu orang, meningkat 9,49 ribu orang terhadap Maret 2021 dan meningkat 14,54 ribu orang terhadap September 2020. “Ada kenaikan terus menerus sejak Maret 2020. Provinsi Bali berada pada urutan 4 terendah secara nasional, padahal sebelumnya selalu menjadi provinsi terendah dari sisi tingkat kemiskinannya,” ungkap Hanif.

Ia mengemukakan disparitas kemiskinan antara desa dan kota juga masih cukup tinggi. Persentase penduduk miskin di perkotaan pada September 2021 tercatat sebesar 4,33 persen, naik 0,21 persen poin dari kondisi Maret 2021.

Baca juga:  Di 2023, Target Kemiskinan di Bawah 10 Persen

Dikatakan Hanif, penyebab kemiskinan di Bali dominan karena pengaruh kebutuhan makanan yaitu sebesar 69,14% dan pengaruh bukan makanan 30,86%. Ia mengungkapkan ada lima komoditas utama makanan dan bukan makanan yang paling berpengaruh dalam Garis Kemiskinan (GK) Bali.

Di perkotaan, komoditas makanan yang berpengaruh terhadap GK diantaranya, beras, daging ayam ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang merah. Sedangkan di perdesaan, komoditas makanan yang berpengaruh terhadap GK diantaranya, beras, daging ayam ras, telur ayam ras, kue basah, dan rokok kretek filter.

Baca juga:  Antisipasi Potensi Krisis Pangan, Bali Siapkan Empat Program Prioritas

Sedangkan komoditas bukan makanan yang mempengaruhi GK di perkotaan adalah, perumahan, bensin, upacara agama, listrik, dan pendidikan. Di perdesaan, komoditas bukan makanan yang mempengaruhi GK adalah perumahan, bensin, upacara agama, listrik, dan perlengkapan mandi. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN