Ilustrasi. (BP/Antara)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Sejumlah maskapai penerbangan besar Amerika Serikat pada Senin (17/1), memperingatkan bahwa “bencana” penerbangan bakal terjadi kurang dari 36 jam setelah AT&T dan Verizon mulai menerapkan layanan baru 5G. Mereka mengingatkan bahwa layanan C-Band 5G yang dimulai pada Rabu itu bisa menyebabkan banyak pesawat berbadan lebar tak bisa digunakan.

Hal ini disebut berpotensi menelantarkan puluhan ribu orang Amerika di luar negeri dan menyebabkan “kekacauan” bagi penerbangan AS. “Kecuali hub-hub utama kami diizinkan beroperasi, sebagian besar penumpang dan pengiriman akan tidak bisa diterbangkan,” tulis kepala eksekutif American Airlines, Delta Air Lines, United Airlines, Southwest Airlines dan maskapai lainnya dalam sebuah surat, dikutip dari Kantor Berita Antara.

Badan Penerbangan Federal AS (FAA) telah memperingatkan potensi gangguan yang dapat mempengaruhi instrumen sensitif pesawat seperti altimeter dan secara signifikan menghambat pengoperasian dengan visibilitas rendah. “Artinya, pada hari seperti kemarin, lebih dari 1.1000 penerbangan dan 100,000 penumpang akan mengalami pembatalan, pengalihan atau penundaan,” tulis surat itu.

Baca juga:  AP I Ungkap Trafik Penumpang Naik 4,3 Persen

Maskapai-maskapai pada Senin mempertimbangkan apakah akan mulai membatalkan sejumlah penerbangan internasional yang dijadwalkan tiba di AS pada Rabu. “Dengan pembatasan di bandara-bandara tertentu, industri transportasi bersiap menghadapi sejumlah gangguan pelayanan. Kami yakin bisa bekerja sama dengan industri dan pemerintah untuk menemukan solusi yang secara aman memitigasi sebanyak mungkin dampak terhadap jadwal,” kata produsen pesawat Boeing pada Senin.

Tindakan mendesak diperlukan, kata para maskapai dalam surat itu, yang juga diteken oleh UPS Airlines, Alaska Air, Atlas Air, JetBlue Airways dan FedEx Express. “Terus terang, perdagangan negara ini akan terhenti,” kata mereka.

Surat itu ditujukan kepada direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Brian Deese, Menteri Transportasi Pete Buttigieg, Kepala FAA Steve Dickson dan Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC) Jessica Rosenworcel. Airlines for America, kelompok yang membuat surat tersebut, menolak berkomentar. Badan-badan pemerintah juga belum memberikan tanggapan.

Intervensi diperlukan

AT&T dan Verizon memenangi hampir semua spektrum C-Band dalam lelang senilai 80 miliar dolar AS (Rp1,1 kuadriliun) tahun lalu. Pada 3 Januari mereka menyepakati zona-zona netral di sekitar 50 bandara untuk mengurangi risiko gangguan dan mengambil langkah lain untuk menekan potensi gangguan selama enam bulan.

Baca juga:  Kurun 5 Tahun, Sektor Pariwisata Dongkrak PAD Klungkung

Mereka juga sepakat untuk menunda layanan 5G selama dua pekan hingga Rabu, yang mencegah ancaman keselamatan penerbangan untuk sementara, setelah layanan itu sebelumnya ditangguhkan selama 30 hari.

Verizon dan AT&T menolak berkomentar pada Senin.

Para pemimpin maskapai besar dan kepala eksekutif Boeing Dave Calhoun melakukan pembicaraan yang cukup lama dengan Buttigieg dan Dickson pada Minggu untuk mengingatkan ancaman krisis, kata sejumlah pejabat kepada Reuters.

Maskapai meminta “bahwa 5G bisa diterapkan di mana saja di negara itu kecuali dalam radius sekitar 3,2 km dari landasan pacu” di sejumlah bandara.

“Intervensi mendesak diperlukan untuk mencegah gangguan operasional yang signifikan pada penumpang pesawat, pengirim barang, rantai pasokan dan kiriman pasokan medis yang diperlukan,” kata mereka.

Maskapai menambahkan pembatasan dalam penerbangan tidak terbatas pada pengoperasian saat cuaca buruk.

Baca juga:  LPS Belum Selesaikan Proses Likuidasi Dua BPR di Bali

“Berbagai sistem keselamatan modern pada pesawat tak akan bisa digunakan, menyebabkan masalah yang lebih besar dari yang kita ketahui… Pembuat pesawat telah memberi tahu kami bahwa akan ada banyak armada yang harus dikandangkan,” kata mereka.

Satu hal yang menjadi perhatian adalah apakah pesawat Boeing 777 tak bisa mendarat di sejumlah bandara besar AS setelah layanan 5G dimulai, seperti halnya beberapa pesawat kargo Boeing, kata maskapai kepada Reuters.

Maskapai mendesak adanya tindakan untuk memastikan “5G diterapkan kecuali jika menaranya terlalu dekat ke landasan pacu sampai FAA bisa menentukan cara penerapan (5G) dengan aman tanpa menimbulkan gangguan membahayakan.”

FAA mengatakan pada Minggu mereka telah mengizinkan sekitar 45 persen armada pesawat komersial AS untuk melakukan pendaratan dengan visibilitas rendah di banyak bandara, di mana layanan 5G akan dipasang dan mereka akan memberi lebih banyak izin sebelum Rabu.

Maskapai pada Senin mengatakan banyak bandara besar belum diberikan izin oleh FAA. (kmb/balipost)

BAGIKAN