Ridwan Kamil. (BP/dir)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dua jam bersama Ridwan Kamil, Gubenur Jawa Barat cerita mengalir dari berbagai ruang. Agama, kesetiakawanan, politik, ekonomi, bahkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mengalir dibahas.

“Bahkan, kini yang menarik adalah bicara 2024,’’ demikian jawaban lugas Ridwan Kamil, ketika bertemu dengan para pimpinan media massa di Bali, Selasa (18/1).

“Saya ke Bali pun dicurigai. Padahal, saya ada di Bali terkait dengan rapat tahunan Bank BJB dan penyaluran Kredit Mesra Bank Jawa Barat,” jawab Mantan Wali Kota Bandung ini.

Ia mengatakan Bali adalah rumahnya juga. Karena sebelum menjabat Gubernur Jawa Barat, dirinya sudah banyak mendesain infrastruktur dan properti di Bali. Baik itu di Bandara Ngurah Rai, hotel, dan sejumlah fasilitas keagamaan.

Baca juga:  Soal Dukungan di Pilpres 2024, Ini Penegasan Ketum Golkar

Gubernur yang juga arsitek ini tak banyak menampik kalau ke Bali juga untuk menjajaki komunikasi untuk tahun 2024. “Itu adalah urusan menarik saat ini. Kemana-mana ditanya tentang Pesta Politik 2024. Padahal semua masih bergerak dan penjajakan,” ujarnya lagi.

Ridwan mengaku memang sedang melakukan penjajakan. Penjajakan tak hanya dari segi pengenalan publik partai, selera publik, “perjodohan” politik. “Saya masih menimbang untuk bergabung dengan salah satu partai politik yang nasionalis dengan Ideologi Pancasila. Keluarga saya memiliki perjalanan panjang dalam menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila. Mengayomi dan toleransi tentulah menjadi pijakan saya dalam memilih dan memutuskan masuk partai politik,” ujarnya.

Baca juga:  Keluarga Ridwan Kamil Ikhlaskan Kepergian Putranya

Ia mengakui, kini bursa politik memang lagi ramai dan mulai memunculkan banyak figur. “Namun, saya tetap sadar diri dan mengedepankan akal sehat berpolitik. Semua ada jalannya,” ujarnya.

Ia menegaskan politik bukan matematika. Perjodohan calon dan keterpilihan ada yang menentukan. Yang pasti, kata dia, saat ini pihaknya sedang berupaya untuk menyapa masyarakat untuk lebih mengenal dirinya.

Masalahnya, kata dia, di perkotaan popularitasnya mendekati 60 persen, namun sekitar 40 persen orang perdesaan belum mengenal dirinya. Yang jelas, kata Ridwan Kamil, NKRI haruslah dirawat dan dijaga dengan penuh rasa persaudaraan dan toleransi.

Baca juga:  Arus modal dan Investasi Meningkat Pascapemilu

Jangan terlalu mudah membangun konflik karena perbedaan. Harmoni dan berbudaya dalam kebhinekaan hendaknya menjadi identitas berbangsa.

Namun, alumni ITB ini memastikan pandemi COVID-19 telah membuat semua pihak harus membangun rasa kesetiakawanan. Gotong royong harus dibangun. Bahkan, Jawa Barat pada masa pandemi ini telah menggulirkan program Beli Bali. “Ini cara kami berbagi dengan meminta warga Jawa Barat membeli produk Bali,” ujarnya.

Ia mengungkapkan sejak diluncurkan tiga bulan lalu, transaksinya sudah mencapai Rp 2 miliar. Ruang ini tentu bisa dioptimalkan dengan pendekatan pasar yang lebih jelas. ‘’Pengusaha Bali harus rajin menawarkan produknya di online. Pasar ini sangat terbuka saat ini dan efektif,’’ sarannya. (kmb/balipost)

BAGIKAN