Komuter tiba dari Polandia berdiri di samping perbatasan Jerman-Polandia menyeberang Stadtbruecke (jembatan kota) saat mereka menunggu untuk tes penyakit virus kota (COVID-19), di Frankfurt (Oder), Jerman, Senin (22/3/2021). (BP/Antara)

WARSAWA, BALIPOST.com – Penyebaran varian Omicron berpotensi mencetak rekor lonjakan kasus baru COVID-19 di negara Polandia. Menteri Kesehatan Adam Niedzielski, Senin (17/1), mengatakan, Polandia memasuki gelombang kelima pandemi COVID-19.

Meski jumlah kasus harian melandai sejak awal Desember, anggota timur terbesar Uni Eropa itu sedikit mempunyai waktu jeda dari gelombang keempat. Otoritas kerap melaporkan 10.000 lebih kasus harian COVID di tengah tingkat vaksinasi yang rendah dan pembatasan ruang gerak masyarakat. “Kami memprediksikan bahwa puncak infeksi akan terjadi pada pertengahan Februari dan angkanya mencapai sekitar 60.000 kasus per hari,” kata Menkes saat jumpa pers, dikutip dari Kantor Berita Antara.

Baca juga:  Investigasi Tenggelamnya KRI Nanggala-402, Ahli dan Pakar Dilibatkan

Rekor kasus harian Polandia selama pandemi dilaporkan pada 1 April 2021 dengan 35.251 kasus. Menurut Menkes, kasus harian COVID-19 pada Selasa kemungkinan mencapai 20.000 kasus. Pada Jumat 13 dari 17 anggota Dewan Medis Polandia yang menasehati perdana menteri soal COVID-19 mengundur diri, mengecam apa yang menurut mereka minim pengaruh sains terhadap kebijakan.

Salah satu anggota yang mundur Dr Konstanty Szuldrzynski pada Senin mengatakan kepada TVN24 bahwa tingkat kematian di negara-negara yang menerapkan pembatasan lebih ketat, angkanya lebih rendah dibanding Polandia. Dan bahwa gelombang kelima pandemi bakal membebani layanan kesehatan di negara tersebut. “Kami akan memasuki gelombang selanjutnya Omicron yang sama sekali tanpa persiapan,” katanya.

Baca juga:  Penyebar Hoaks Surat Suara Tercoblos Ditangkap

“Harap diingat bahwa tingkat kematian yang tinggi di Polandia tidak sekadar terkait dengan persentase penerima vaksin yang rendah tetapi juga dengan fakta bahwa sistem kesehatan kami sangat ketinggalan,” imbuhnya.

Menkes mengaku sudah berupaya membujuk anggota dewan yang hengkang agar melanjutkan tugasnya, namun gagal. Menurutnya, badan penasihat baru akan dibentuk dengan wajah yang berbeda. “Perubahan itu terutama akan memperluas formatnya, sehingga semakin banyak ahli yang akan membantu dan memberi masukan nasehat kepada perdana menteri,” katanya.

Baca juga:  KPK: Kasus LNG Dalam Tahap Penyidikan

Negara berpenduduk sekitar 38 juta itu telah melaporkan 4.323.482 kasus dan 102.309 kematian COVID-19. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN