Petani garam di Kusamba menunjukkan piagam Anugerah Bali Brand yang diterimanya. (BP/bagiarta)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Petani garam di Bali nyaris tinggal nama. Keberpihakan terhadap keberadaan mereka, sebelumnya sangat minim. Belum lagi tantangan abrasi dan cuaca, kian membuat petani garam sulit bertahan dan keluar dari tekanan.

Namun, berbeda di Kabupaten Klungkung, petani garam khususnya di Desa Kusamba, kini mulai terkelola dengan baik, berkat dukungan Pemkab Klungkung dan Pemprov Bali. Bahkan produk garam organik dari desa ini bisa menembus pasar ekspor. Bagaimana cara petani garam setempat bisa bertahan dan keluar dari tekanan hingga menembus pasar ekspor?

Petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, tergabung dalam Kelompok Petani Garam Sarining Segara. Ketua Kelompok Mangku Rena, saat ditemui, Rabu (19/1) mengatakan awalnya jumlah petani garam di Kusamba terus berkurang. Dari dua kelompok di 2011, menjadi 1 kelompok yang jumlah anggotanya juga terus berkurang.

Setelah mendapatkan dukungan dari Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, Mangku Rena mengatakan petani garam diarahkan untuk berinovasi. Lahirlah produk dalam kemasan dengan brand “Uyah Kusamba”.

Baca juga:  Langgar Sempadan Pantai, Satpol PP Bongkar Tempat Pembuatan Garam Tradisional

“Produk dalam kemasan ini kemudian dipasarkan melalui koperasi sekitar satu ton per bulan. Karena sejak dulu, kami kesulitan melakukan pemasaran,” kata Mangku Rena.

 

Selanjutnya, besarnya komitmen petani garam untuk bertahan melestarikan warisan leluhur ini, membuat banyak pihak berupaya memberikan bantuan. Baik dari lembaga pemerintah maupun swasta.

Baca juga:  Seperempat Abad Melayani, Swalayan Ayu Nadi Tetap Bertahan di Masa Pandemi

Bahkan, Gubernur Bali Wayan Koster pernah turun langsung melihat geliat petani garam di Kusamba, sebagai produk lokal khas Bali yang berpotensi untuk dikembangkan. Gubernur Koster pun memberikan bantuan berupa palung yang digunakan menjemur garam, agar tetap bisa menghasilkan garam organik.

Keberadaan petani garam di Kusamba saat ini semakin berkembang dan menarik minat generasi muda. Mangku Rena menambahkan, keberadaan mereka kini semakin diperhatikan pemerintah, dengan keluarnya Sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kemenkumham RI, baru-baru ini. Dengan terbitnya Sertifikat IG ini, maka hasil produksi garam organik Kusamba ini, semakin dimudahkan untuk menembus pasar ekspor.

“Dari dulu garam kami selalu dimininati pasar luar negeri. Selain untuk kebutuhan dapur, ada juga yang dipakai sebagai bahan baku produk kosmetik, sabun hingga bahan dasar bumbu siap saji. Karena tidak ada IG, dulu proses ekspor dipersulit. Sekarang dengan adanya IG, jalan untuk ekspor semakin dipermudah. Kami tambah antusias dalam membuat garam itu,” kata Mangku Rena yang sudah mengeluti pembuatan garam organik  sejak tahun 1978 silam.

Baca juga:  KPU Pastikan Logistik Tak Kurang

Saat ini, anggota Kelompok Petani Garam Sarining Segara pun terus bertambah, hingga 18 orang. Guna menjaga keberlangsungan petani garam agar tetap lestari, Pemkab Klungkung, kata Mangku Rena, juga sedang mengusulkan aktivitas pembuatan garam organik ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Atas Anugerah Bali Brand yang diterimanya ini, Mangku Rena mengucapkan terima kasih kepada Harian Bali Post-Bali TV, karena selama ini sudah diberikan ruang untuk promosi. Sehingga perhatian pemerintah daerah, cukup besar dalam 10 tahun terakhir.

Selanjutnya, Mangku Rena berharap kepada Bali Post dan Bali TV, tetap memberikan ruang berpromosi kepada petani garam untuk terus berkembang dan mencetak generasi baru dalam melestarikan warisan leluhur ini. Untuk pemesanan Uyah Kusamba, bisa melalui beberapa media sosial mereka, seperti di Facebook @Uyah kusamba, WhatsApp 085337360645 maupun Instagram @uyahkusamba. (Bagiarta/balipost)

 

BAGIKAN