I Putu Mawa menunjukkan piagam Bali Brand yang diterimanya. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Cho Jaensaan salah satu produk olahan cokelat asal Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan yang mampu mengangkat kualitas kakao Jembrana. Produk cokelat dengan cita rasa khas kakao Jembrana ini berhasil menembus ekspor hingga Eropa.

Adalah sosok I Putu Mawa, yang mengembangkan pabrik cokelat ini hingga menghasilkan produk dengan cita rasa Kakao Jembrana. “Kakao Jembrana ini memiliki cita rasa khas, wilayah tanam antara antara perbukitan dan laut, sehingga menghasilkan rasa yang berbeda.  Produk cokelat yang kami olah original, dan ini memiliki pasar mancanegara (ekspor),” terangnya.

Mawa merintis usaha ini, berawal dari keprihatinannya setelah pulang merantau dari Denpasar, biji kakao para petani di desanya harganya sangat rendah. Mawa lantas mulai berinovasi membuka pengolahan cokelat berbahan Kakao hasil para kelompok petani di desanya.

Baca juga:  Entil Sanda, Kuliner Khas Pupuan Sarat Makna Filosofis

Di samping menampung hasil petani, Mawa juga melakukan pembinaan kepada para petani untuk tidak sekedar menjual hasil biji kakao (kuantitas). Tetapi secara perlahan, petani diminta melakukan proses fermentasi hingga menghasilkan produk biji yang berkualitas.

“Di awal memang agak susah. Tetapi hasil fermentasi memiliki harga yang lebih mahal dan mulai melakukan fermentasi. Bahan baku yang kami gunakan dari petani lokal di Jembrana baik Pekutatan maupun Melaya. Termasuk juga sebagian di Tabanan ketika permintaan cukup banyak,” kata Mawa.

 

Baca juga:  Enam Kali Beruntun, Pemkab Jembrana Raih Penghargaan WTP

Dari bahan baku berkualitas itu, menurutnya juga menghasilkan produk cokelat yang berkualitas. Hingga saat ini pangsa pasar dari Cho Jaensaan ini dari kalangan menengah ke atas dan memang penikmat cokelat.

Produk yang paling diminati adalah cokelat pasta. Baik itu untuk pasar ekspor maupun domestik yang sebagian besar untuk kebutuhan wisatawan mancanegara.

Pandemi sejak dua tahun ini memang berdampak pada penjualan, terutama pasar ekspor. Bahkan di awal pandemi lalu pasar ekspor sempat terhenti.

Sehingga hanya mengandalkan pasar domestik dan jumlahnya juga tidak terlalu banyak karena juga pariwisata sangat terdampak. Tak berhenti di situ, ia terus membranding dengan memanfaatkan media sosial.

Setahun belakangan ini pasar ekspor mulai bangkit. Cho Jaensaan yang merupakan produk cokelat Jembrana, rerata dalam sebulan mengirim 500-700 kilogram untuk ekspor.

Baca juga:  Jelang Mudik, Hampir 100 Persen Jalan Nasional Denpasar-Gilimanuk Berkondisi Mantap

Begitu halnya dengan pasar domestik yang juga mulai menggeliat. “Kita masih fokus dari pesanan baik pasar ekspor maupun domestik. Kami menjaga kualitas dan cita rasa khas Cokelat Jembrana,” terangnya.

Selama hampir sepuluh tahun berusaha, Cho Jaensaan tetap bertahan dengan mengedepankan kualitas produk. Dan Mawa berhasil membuka peluang kerja bagi warga dengan merekrut lima karyawan.

Yang lebih membanggakan, produksi para petani Kakao binaan dapat ditampung dan diolah menjadi produk Cokelat berkualitas. Mawa sangat mengapresiasi Kelompok Media Bali Post melalui Bali Brand yang memberikan penghargaan bagi para pelaku UMKM dan perajin dalam mengangkat potensi lokal Bali. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN