DENPASAR, BALIPOST.com – Saat varian Delta melanda Indonesia, pemerintah melaksanakan PPKM Darurat. Pemberlakuan PPKM ini terbukti efektif mengurangi angka kasus aktif namun berpengaruh besar terhadap roda perekonomian masyarakat.
Di tengah kembali naiknya kasus COVID-19 karena varian Omicron dalam 2 pekan terakhir, muncul masukan untuk memperketat kembali PPKM. Namun, Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut B. Panjaitan menegaskan pemerintah akan terus menggunakan assesment level sebagai basis pengetatan masyarakat.
Ia menyebut sampai saat ini pemerintah belum berpikir untuk memberlakukan PPKM darurat atau lockdown. “Pemerintah meminta kepada semua kepala daerah dan forkompimda setempat agar tetap taat pada assesment level yang dikeluarkan pemerintah dan menaati setiap kewajiban yang dituangkan dan untuk mencegah dampak buruk di kemudian hari,” tegasnya, dalam keterangan pers virtual yang disampaikan usai rapat terbatas evaluasi PPKM dipantau dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Ia menegaskan pemerintah memastikan bahwa sistem kesehatan sudah cukup siap dalam menghadapi Omicron ini. “Namun langkah-langkah bijak bagi masyarakat yang menaati protokol kesehatan dan mengikuti anjuran pemerintah merupakan faktor utama mencegah keparahan yang bisa terjadi. Sekali lagi, saya tetap mengajak masyarakat Indonesia untuk menjaga agar kasus varian Omicron tetap rendah dengan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan,” tegasnya.
Luhut menambahkan hanya melalui kolaborasi seluruh elemen bangsa, saling mengingatkan dan tidak saling egois terhadap segala bentuk pengabaian protokol kesehatan ini, dapat menyelesaikan permasalahan pandemi ini dengan baik. “Kita harus semua kompak, karena ini adalah musuh kita bersama,” ujarnya.
Sebelumnya, ia mengatakan sejak ditemukannya kasus Omicron di Indonesia pada sebulan lalu, belum ada kenaikan kasus yang cukup eksponensial seperti terjadi di berbagai negara di dunia. Saat ini, okupansi atau keterisian tempat tidur RS di Jawa-Bali lebih baik dari kenaikan kasus saat varian Delta melanda. “Kasus kematian harian di seluruh Jawa-Bali selama 14 hari terakhir ini masih pada tingkat yang sangat rendah.
Berkaca dari trajectory kasus di Afrika Selatan, pemerintah dikatakannya memprediksi kasus akan terus meningkat. Namun, satu hal yang ditemukan adalah tingkat kematian aktual di DKI Jakarta lebih rendah dari trajectory yang dilakukan. “Menurut kami, tingkat vaksinasi yang lebih tinggi dari Afrika Selatan dan penggunaan PeduliLindungi juga menjadi salah satu faktor. Dan lebih dari itu, kita merasa bahwa bangsa kita masih lebih disiplin dari banyak negara lain,” ujarnya.
Ia pun mengatakan bahwa vaksinasi umum dan lansia di Jawa-Bali terus ditingkatkan sehingga saat ini mencapai 94,1 persen untuk dosis 1 umum dan 75 persen untuk dosis 1 lansia. Selain itu, vaksinasi untuk anak-anak di Jawa-Bali juga meningkat dengan cepat. Tingkat vaksinasi dosis 1 untuk anak-anak di Jawa-Bali sudah mencapai 69 persen dan dosis 2 sudah mulai meningkat. (Diah Dewi/balipost)