Budi Gunadi Sadikin. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus konfirmasi Omicron di Indonesia telah mencapai 1.600 kasus. Peningkatan ini, dikatakan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, sudah sesuai antisipasi.

Menkes dalam keterangan pers virtual yang dipantau di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (24/1), mengatakan dari pengalaman negara-negara di dunia, kasus Omicron akan naik dengan cepat dan tinggi. “Malah lebih dari kenaikan kasus Delta. Tetapi baiknya adalah turunnya juga cepat dan hospitalisasinya rendah,” ungkap Menkes.

Ia melaporkan dari total kasus konfirmasi 1.600 orang, sebanyak 20 orang dirawat di RS dan membutuhkan oksigen. Sedangkan dua orang meninggal dunia. “Ini masih jauh sangat rendah dibandingkan kasusnya Delta,” tambahnya.

Ia pun meminta agar tidak panik. “Harus terus waspada dan hati-hati karena memang laju penularanya tinggi. Tapi tidak perlu panik karena memang hospitalisasi dan kematian yang rendah. Kita perlu yang kedua, memastikan bahwa protokol kesehatan tetap dijalankan, memakai masker, mencuci tangan, mengurangi kerumunan,” ujar Menkes.

Baca juga:  Naik Lagi! Kasus COVID-19 Nasional di Atas 6.200 Orang

Untuk mendorong peningkatan disiplin protokol kesehatan, pemerintah akan memublikasikan tingkat kepatuhan dalam penerapan protokol kesehatan melalui aplikasi PeduliLindungi. “Tadi juga sudah diizinkan oleh Bapak Wakil Presiden di Ratas bahwa data PeduliLindungi yang akan mengukur kedisiplinan protokol kesehatan boleh dibuka di publik sehingga kita bisa melihat lokasi-lokasi mana yang disiplin sampai ke level titik lokasinya, kantornya, tokonya, dan mana yang disiplin. Sehingga masyarakat bisa bantu mengontrol penggunaan PeduliLindungi,” ujarnya.

Dari sisi surveilans, Menkes menekankan bahwa karena kasus konfirmasi Omicron semakin banyak,  tidak semua kasus akan dilakukan genome sequencing. Genome sequencing akan lebih diarahkan untuk menganalisa pola penyebaran kasus Omicron.

Baca juga:  Bali Tuntut Dua Persen Dana Bagi Hasil Devisa Pariwisata

“Kita akan menggunakan PCR yang jauh lebih cepat, PCR dengan SGTF (S-Gene Target Failure) yang bisa mendeteksi Omicron sudah kita distribusikan dan akan segera kita tambah untuk didistribusikan ke daerah-daerah,” imbuhnya.

Ia berharap agar pemerintah daerah untuk tetap disiplin dalam melakukan pelacakan COVID-19. “Kami harapkan disiplin untuk melakukan testing satu per seribu penduduk per minggu itu tetap dijalankan dan strategi isolasi di rumah maupun isolasi terpusat dan rumah sakit tetap kita jalankan sesuai dengan protokol yang ada,” ujarnya.

Menkes menambahkan, pihaknya juga telah menyediakan layanan telemedisin, seperti di Jakarta, untuk pasien COVID-19 yang sedang menjalankan isolasi mandiri atau isoman. “Kami sudah melihat hasilnya baik,” imbuhnya.
Selanjutnya, ia menyampaikan bahwa pihaknya akan terus mempercepat program vaksinasi COVID-19, terutama bagi kelompok lansia dan anak-anak.

Baca juga:  BRI Peduli COVID-19, Salurkan Bantuan Tanggap Darurat ke RSUP Sanglah

“Kami juga tekankan bahwa karena paling banyak Omicron akan terjadi di DKI Jakarta dan Jabodetabek dalam 2-3 minggu ke depan kita akan mempercepat vaksinasi booster di sana,” ujarnya.

Terkait kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan dalam menghadapi lonjakan kasus Omicron, Menkes menyampaikan bahwa pihaknya telah mengalokasikan sebanyak 80 ribu tempat tidur di RS untuk penanganan pasien COVID-19.

“Kita sudah siap sekarang 80 ribu bed, sudah terisi sekarang sekitar 5 ribu (tempat tidur), jadi masih ada room dan itu masih bisa dinaikkan kembali menjadi 150 ribu (tempat tidur). Oksigen, obat-obatan, dan tenaga kesehatan juga kami sudah siapkan. Mudah-mudahan ini tidak dibutuhkan karena memang kami berharap yang masuk ke rumah sakit akan jauh lebih rendah,” tutupnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN