Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. (BP/Antara)

JENEWA, BALIPOST.com – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Senin (24/1), adalah hal yang berbahaya jika menganggap Omicron sebagai varian terakhir yang muncul. Dan menganggap dunia berada di ‘akhir pertarungan’ melawan pandemi.

Berbicara pada pembukaan sidang Dewan Eksekutif, dalam rilisnya, Tedros mengatakan sejak Omicron pertama kali diidentifikasi sekitar sembilan pekan lalu, lebih dari 80 juta kasus telah dilaporkan ke WHO. Angka itu lebih banyak dari semua kasus COVID-19 yang tercatat selama 2020.

“Kondisinya ideal bagi lebih banyak varian untuk muncul,” kata dia.

Tedros mengatakan adalah hal yang mungkin pada tahun ini dunia keluar dari fase akut pandemi COVID-19. Apabila, strategi dan perangkat seperti tes dan vaksin digunakan secara komprehensif.

Baca juga:  Perempuan Tetap Pegang Peran Penting dalam Pemulihan COVID-19

Ia menyebutkan pada Minggu (23/1), menandai dua tahun sejak dirinya mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional – tingkat kewaspadaan tertinggi di bawah hukum internasional – atas penyebaran COVID-19. Pada saat itu, ada kurang dari 100 kasus dan tidak ada kematian yang dilaporkan di luar China.

Dua tahun kemudian, hampir 350 juta kasus telah dilaporkan, dan lebih dari 5,5 juta kematian. Rata-rata minggu lalu, 100 kasus dilaporkan setiap tiga detik, dan seseorang kehilangan nyawanya karena COVID-19 setiap 12 detik.

Sejauh ini, ledakan kasus Omicron, dikatakannya, belum diimbangi dengan lonjakan kematian. Meskipun, kematian meningkat di semua wilayah, terutama di Afrika, wilayah dengan akses vaksin paling sedikit.

Baca juga:  Mandi di Sungai Yeh Pandan, Pelajar Tenggelam

“Memang benar bahwa kita akan hidup dengan COVID di masa mendatang, dan bahwa kita perlu belajar mengelolanya melalui sistem yang berkelanjutan dan terintegrasi untuk penyakit pernapasan akut, yang akan menyediakan landasan untuk kesiapsiagaan menghadapi pandemi di masa depan. Tetapi belajar hidup dengan COVID tidak berarti bahwa kita memberikan virus ini tumpangan gratis. Itu tidak bisa berarti bahwa kita menerima hampir 50 ribu kematian setiap minggu, dari penyakit yang dapat dicegah dan diobati,” tegasnya.

Ia pun mengatakan sangat menyadaru bahwa semua orang bosan dengan pandemi ini. “Bahwa orang-orang bosan dengan pembatasan pergerakan, perjalanan, dan kebebasan lainnya, bahwa ekonomi dan bisnis sedang terluka, dan bahwa banyak pemerintah berjalan di atas tali, mencoba untuk menyeimbangkan apa yang efektif dengan apa yang dapat diterima oleh rakyatnya,” cetusnya.

Baca juga:  Wagub Riza Patria Positif COVID-19, Gedung Blok B Balai Kota DKI Jakarta Tutup Sementara

Tedros mengatakan setiap negara berada dalam situasi yang unik, dan harus memetakan jalan keluar dari fase akut pandemi dengan pendekatan yang hati-hati dan bertahap. “Sulit, dan tidak ada jawaban yang mudah, tetapi WHO terus bekerja secara nasional, regional, dan global untuk memberikan bukti, strategi, alat, dan dukungan teknis dan operasional yang dibutuhkan negara. Jika negara-negara menggunakan semua strategi dan alat ini secara komprehensif, kita dapat mengakhiri fase akut pandemi tahun ini – kita dapat mengakhiri COVID-19 sebagai darurat kesehatan global, dan kita dapat melakukannya tahun ini,” tegasnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN