NEGARA, BALIPOST.com – Bupati Jembrana I Nengah Tamba melepas pengiriman biji kakao fermentasi ke perusahaan buyer, POD Cokelat Baturiti pada Senin (24/1). Pelepasan ditandai dengan pemecahan kendi didampingi Kepala Perwakilan BI Propinsi Bali Trisno Nugroho, Direktur Operasional PT Bank BPD Bali Ida Bagus Gede Setya Yasa, Sekda I Made Budiasa, Kadis Pertanian dan Pangan I Wayan Sutama, dan Kepala BPD Cabang Negara Ida Bagus Surawan.
Pelepasan dilakukan bertempat di halaman Rumah Jabatan Bupati di areal Civic Centre Jembrana. “Saat ini coklat fermentasi dari Jembrana telah di akui mempunyai nilai sangat baik di pasar dunia. Kita telah beberapa kali mengekspor biji coklat ke berbagai negara, namun itu masih parsial. Bukan itu yang kita inginkan. Kami (pemerintah daerah) berupaya ke depan ini agar tidak berupa biji coklat yang kita ekspor melainkan berupa barang olahan dari biji coklat fermentasi yang kita kirim. Jika proses itu dapat dilakukan, tentu akan dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Lebih lanjut kata Tamba, secara perlahan upaya processing biji cokelat itu sudah dilakukan di Jembrana. Pemkab Jembrana juga imbuhnya berupaya memberikan dukungan.
Misalnya, melalui gerakan coklat morning guna menjamu tamu-tamu Pemkab. “Yang disajikan dari kegiatan itu adalah produk olahan cokelat karya UMKM Jembrana. Ini dukungan kita agar produk olahan kakao Jembrana itu makin dikenal, tidak hanya biji kakao yang lebih dulu diakui di pasar ekspor,” tandasnya.
Kata Bupati Tamba, dengan hadirnya Perumda diharapkan mampu membeli produk petani, mengolah dan mengekspor produksi petani. “Perumda ini salah satu sub sektor usahanya di bidang kakao juga. Jadi Perumda berfungsi membeli produk petani dengan sasaran pasar ekspor. Buyernya sudah ada, tinggal dimaksimalkan lagi,” terangnya.
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, Kabupaten Jembrana merupakan sentra produksi kakao di Indonesia dengan kualitas telah diakui dunia. Sebagai daerah yang sangat potensial, penanganannya memerlukan sinergitas dari semua komponen. “Selama ini Jembrana sudah dikenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki produksi biji coklat bermutu tinggi. Namun untuk produksinya, tidak bisa ditangani sendiri-sendiri. Perlu sinergi, baik pemerintah pengusaha, sektor perbankan dan petani itu sendiri,” ujarnya.
Sinergi, kata Trisno Nugroho, penanganannya dimulai dari hulu hingga hilirnya. “Di hulu, kita mestinya memahami petani kakao itu sendiri. Apa yang mereka butuhkan dalam budidaya kakao itu, apa bibitnya, bagaimana pupuknya termasuk penanggulangan hama dan penyakitnya. Dengan demikian tanaman mereka mampu berproduksi dengan maksimal. Sedangkan di hilirnya, mulai saat ini petani tidak lagi pusing memikirkan pasarnya apalagi telah hadir Perumda di daerah. Cukup para petani tekun menghasilkan produksi kakao di desanya, sedangkan untuk sektor hilir sudah ada yang membantu,” pungkasnya. (Adv/balipost)