Harga salak kembali anjlok di pasaran. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Belakangan ini harga salak di tingkat petani kembali anjlok. Kondisi ini sudah biasa terjadi ketika memasuki panen raya karena buah salak melimpah dan daya beli menurun.

Petani salak asal Banjar Pengawan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Ni Nyoman Rai, Selasa (25/1), mengungkapkan, harga salak mulai turun sejak beberapa hari belakangan ini. Kata dia, saat ini harga salak biasa kisaran Rp 2 ribu sampai Rp 5 ribu perkilogramnya.

Baca juga:  Kasus Positif COVID-19 Bali Masih Didominasi Jenis Ini

Sedangkan salak gula pasir harganya Rp 8 ribu sampai Rp 10 perkilogramnya. “Harga salak turun mulai awal Januari ini,” ucapnya.

Rai menambahkan, harga salak mengalami penurunan sudah menjadi tradisi ketika memasuki panen raya. Pasalnya, saat panen raya hasil yang diperoleh melimpah, sedangkan untuk daya beli menurun. “Lain ketika hari raya besar Agama Hindu, yakni seperti Galungan dan Kuningan harga mahal. Bahkan bisa tembus Rp 20 ribu perkilogramnya,” katanya.

Baca juga:  Nihil, Indikasi Mahasiswa ke Arah Radikalisme di Bali

Dia menjelaskan, untuk hasil panen yang didapat dijual langsung ke pengepul. Karena ada pembeli yang langsung mencari ke kebun. “Langsung dicari ke rumah. Ada juga dibawa ke pasar, nanti dipasar ada pengepul yang ngambil,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan, petani salak asal Desa Amertha Bhuana, Selat, Luh Eka. Saat ini harga salak cukup murah.

Harga salak perlahan terus mengalami penurunan sejak Desember 2021 lalu. “Sekarang ini harga salak bahkan hanya Rp 1.500 perkilogramnya dipasaran,” katanya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Enam Rumah Warga di Bebandem Kebanjiran
BAGIKAN