SINGARAJA, BALIPOST.com – Kasus penyebaran COVID-19 di Buleleng mengalami lonjakan yang signifikan pada Rabu (26/1), hampir 40 orang. Tepatnya, satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Buleleng melaporkan sebanyak 39 kasus konfirmasi baru.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Buleleng dr. Sucipto mengatakan, lonjakan kasus konfirmasi positif COVID-19 ini terjadi karena beberapa kemungkinan. Pertama, kemungkinan terjadi penurunan kekebalan sistem imun karena efikasi vaksin dosis 2 sudah mulai berkurang.
Kondisi ini bersamaan dengan mutasi virus yang sekarang diketahui dengan nama varian Omicron. Apalagi, kemunculan varian terbaru ini telah banyak diramalkan menjadi penyebab gelombang ke-3 penyebaran Virus Corona di 2022 ini. “Lonjakan kasusnya memang ini mengejutkan. Kita tidak berani berandai-andai apa penyebabnya. Namun prediksi kami ini karena setelah vaksinasi ke-2 terjadi penurunan sistem imun, dan ini bersamaan dengan penyebaran varian baru yakni Omicron,” katanya.
Menurut Kadiskes, satu-satunya upaya yang harus dilakukan untuk mengendalikan lonjakan kasus konfirmasi positif COVID-19 adalah menggenjot cakupan vaksinasi booster (vaksin ke-3). Sejauh ini, Satgas bersama Puskemas, rumah sakit, dan pihak terkait terus gencar menggelar vaksinasi booster.
Hanya saja, realisasi vaksin booster terkesan sedikit melambat. Sebab, di saat bersamaan Buleleng juga menuntaskan vaksinasi ke- 2. “Kami terus menggenjot capaian vaksinasi booster dan kecamatan, desa/kelurahan kami juga harap berperan untuk memfasilitasi warganya untuk sadar dan segara mendatangi puskemas atau gerai vaksin lainnya, sehingga kekebalan sistem imun ini kembali naik, sehingga bisa melawan paparan varian Omicron,” tegas dokter asal Busungbiu ini.
Terkait potensi penularan varian Omicron, dr. Sucipto menyebut hal itu masih sulit dibuktikan. Diskes Buleleng saat ini sudah mengirimkan sebanyak 2 sampel Whole Genome Sequencing (WGS).
Sampel itu diuji di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). “Ada instruksi dari kasus positif COVID-19 ditindaklanjuti dengan pengujian sampel WGS. Ini sudah kita kirimkan dan hasilnya ini nanti baru bisa menentukan apakah pasien terpapar Omicron atau varian lama,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)