AMLAPURA, BALIPOST.com – Usia petani saat ini, khususnya di Kabupaten Karangasem, rata-rata berusia 40-50 tahun. Kalau merujuk usia tersebut, 10-15 tahun lagi kemungkinan mulai kesulitan regenerasi di tengah minimnya keinginan anak muda menjadi petani.
Kelompok Baja Tani memiliki komitmen dan tekad untuk mendorong serta mengedukasi anak-anak muda untuk mau berkecimpung di sektor pertanian. Hal tersebut sudah dilakukan kelompok itu sampai saat ini. Kelompok ini juga mengembangkan sejumlah komoditi secara organik tanpa memakai zat kimia.
Ketua Kelompok Baja Tani, I Ketut Semadiyasa, menuturkan, kelompok ini dibentuk sejak sembilan tahun lalu. Saat itu diawali oleh komonitas sekaa demen. Seiring berjalannya waktu, akhirnya diputuskan membentuk Kelompok Baja Tani ini. “Nama Baja Tani yang kami pilih ini, bukan sembarangan nama. Karena nama Baja Tani ini memiliki singkatan dan arti yakni, “Bangga Menjadi Petani”. Artinya, kita tak usah malu dan selalu bangga kita menjadi petani” ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, dirinya memiliki komitmen, mengedukasi dan mendampingi masyarakat untuk menekuni pertanian secara betul dan benar. Pasalnya, selama ini dunia pertanian selalu dianaktirikan.
“Jadi, mereka berpikir tidak ada untungnya jadi petani. Makanya, masyarakat enggan mau menjadi petani,” Katanya.
Untuk itu, pihaknya lewat sejumlah sekolah-sekolah SMP maupun SMA/SMK di Karangasem, telah melakukan upaya untuk memantik minat para anak muda menjadi petani. “Genarasi muda sangat merespons baik apa yang kami lakukan ini. Saya contohkan, di salah satu sekolah SMP di Abang, di sana ada lahan kosong, dan saya mengajarkan mereka untuk neraktor tanah, mupuk, sampai jual hasil pertanian. Termasuk, mengedukasi mereka mengolah bunga gumitir menjadi keripik. Dan kita juga menjalin kerjasama dengan SMP tersebut, khusus di bidang pertanian,” jelasnya.
Ia menyatakan, ada sejumlah SMK yang telah meminta kehadirannya untuk memberikan edukasi pertanian.
Semadiyasa menekankan perlunya pengembangan pertanian dengan teknologi pertanian. “Kalau teknologi pertanian tak digunakan, maka anak-anak muda tidak akan tertarik. Jadi, perlu diadakan teknologi pertanian oleh pemerintah,” sarannya.
Kelompok Baja Tani ini juga mengembangkan pertanian organik. “Kalau memakai zat kimia, betapa berbahayanya ketika komoditi ini kita konsumsi, karena pestisida yang dipakai menyemprot bukan nabati melainkan zat kimia. Maka dari itu, saya mengajak petani mulai memakai pertanian organik. Memang itu tidak mudah dan membutuhkan waktu. Tapi, bila ada niat bukan tidak bisa dilakukan. Bertani organik pasti bisa,” yakinnya. (Eka Parananda/balipost)