DENPASAR, BALIPOST.com – Varian Omicron disebut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin masih banyak ketidakpastiannya. Namun, ia menyampaikan puncak gelombang Omicron di Indonesia, diperkirakan terjadi di akhir Februari 2022, akan lebih besar dua sampai tiga kali dari puncak gelombang varian Delta.
Disebutkannya, dalam keterangan virtual disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (31/1), jika puncak gelombang Delta bisa mencapai 57 ribu kasus, saat Omicron jumlahnya bisa dua hingga tiga kali lipat. “Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57 ribu per hari, kita mesti siap-siap dan hati-hati dan waspada. Tidak perlu kaget kalau melihat di negara-negara lain itu bisa dua kali sampai tiga kali di atas puncak Delta,” ujarnya.
Lebih lanjut Menkes menjelaskan, di beberapa negara yang juga tengah menghadapi gelombang Omicron mencatat persentase kasus aktif di bawah varian Delta. Namun, secara nominal jumlah orang yang masuk rumah sakit lebih tinggi dari Delta.
Ia menyebutkan bahwa sudah ada lima orang meninggal karena varian Omicron di Indonesia. “Sudah ada yang meninggal lima orang positif Omicron, itu 60 persen belum divaksin lengkap,” ujarmya.
Ia menambahkan, kasus Omicron di Indonesia dengan gejala sedang, berat dan membutuhkan oksigen, 63 persen diantaranya belum divaksin lengkap. “Kebanyakan dari mereka lansia, dan kita identifikasi cukup mengejutkan jumlahnya yang anak-anak,” tuturnya.
Berdasarkan fakta itu, Menkes mengatakan, hal terpenting saat ini adalah mempercepat vaksinasi, terutama untuk lansia dan anak-anak.
“Lindungi mereka, kewajiban kita untuk melindungi orang yang belum divaksinasi agar segera divaksinasi terutama lansia dan anak anak-anak. Tolong prioritas berikan vaksinasi ke yang belum menerima vaksinasi terutama lansia dan anak-anak,” ucapnya.
Untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat yang terkonfirmasi COVID-19 namun tanpa gejala, dengan gejala ringan, atau sedang, untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. “Sehingga Bapak-Ibu tidak usah khawatir kalau misalnya terkena tanpa gejela atau ada batuk, pilek sedikit, demam sedikit tapi saturasinya masih di atas 94-95 persen, dirawat saja di rumah. Biar rumah sakit diberikan untuk orang-orang memang yang membutuhkannya,” katanya mengimbau.
Ia menambahkan, bagi pasien COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah dan membutuhkan obat-obatan, dapat melalui apotek atau melalui aplikasi telemedicine. “Kalau memang dibutuhkan obat-obatan anti virusnya, kita sudah siapkan lebih dari 20 juta dosis Favipiravir atau Avigan dan Molnupiravir, dua itu obat antivirus yang disetujui oleh organisasi profesi,” sebut Menkes. (Diah Dewi/balipost)