Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali merayakan Tumpek Uye (ada tenda) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bali beserta Unit Pelaksana Teknis melaksanakan kegiatan persembahyangan bersama dalam Perayaan rahina Tumpek Uye. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sesuai Instruksi Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2022, Perayaan Rahina Tumpek Uye merupakan pelaksanaan nilai-nilai adiluhung Sad Kerthi sebagai tata titi kehidupan masyarakat Bali. Dalam konteks manusia dan alam, Tumpek Kandang atau Tumpek Uye bukan hanya ditujukan kepada binatang saja. Tapi juga pembersihan bhuana agung dan bhuana alit. Dari makna yang adiluhung tersebut, maka instansi vertikal yang ada di Bali juga turut merayakan Tumpek Uye, yang serentak dilaksanakan pada Sabtu (29/1).

Salah satu instansi vertikal yang merayakan tumpek uye adalah Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali. Diterangkan oleh Kepala Unit Kehumasan BI Renon, Samora, bahwa para pegawai Bank Indonesia yang beragama Hindu melakukan persembahyangan bersama di Kantor Bank Indonesia – Denpasar, tentunya dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.

Menurutnya, tumpek uye tidak hanya sekedar dimaknai dengan persembahayangan bersama, namun lebih untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam, manusia dan kebudayaan Bali yang diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

Baca juga:  Bali Tambahkan Warga Terpapar di Atas 290 Orang, Kematian COVID-19 Naik Puluhan

Selain itu, Tumpek Kandang yang dirayakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yang jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Uye juga dirayakan oleh jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bali beserta Unit Pelaksana Teknis melaksanakan kegiatan persembahyangan bersama dalam Perayaan rahina Tumpek Uye. Persembahyangan bersama ini diikuti oleh seluruh Petugas dan Warga Binaan Pemasyarakatan yang beragama Hindu pada Satuan Kerja masing-masing.

Menurut Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Bali, Jamaruli Manihuruk, makna dari upacara Tumpek Uye ini adalah sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada binatang karena dapat membantu dalam kehidupan manusia. Selain itu, Tumpek Uye atau Tumpek Kandang tidak hanya ditujukan kepada binatang saja akan tetapi juga pada pembersihan terhadap Bhuana Agung dan Bhuana Alit (dalam konteks manusia dan alam).

Baca juga:  Sukseskan WWF ke-10, Pemprov Gelar “Bali Nice” dengan Upacara Segara Kerthi

Selain persembahyangan bersama, perayaan Rahina Tumpek Uye pada Lapas Kelas II B Singaraja dan Bapas Kelas I Denpasar juga dilaksanakan dengan pelepasan burung merpati. Sedangkan pada Rutan Kelas II B Negara perayaan Tumpek Uye ini dirangkaikan dengan mecaru di area open camp. Dimana pada area ini terdapat berbagai jenis hewan peliharaan mulai dari sapi, babi, kambing, ayam, bebek dan berbagai jenis ikan.

“Perayaan Tumpek Uye atau Tumpek Kandang di jajaran Kanwil Kemenkumham Bali diawali dengan kegiatan bersih-bersih pada satuan kerja masing-masing dan pada puncak perayaan Rahina Tumpek Uye dilaksanakan dengan persembahyangan bersama seluruh Pegawai dan Warga Binaan Pemasyarakatan yang beragama Hindu. Perayaan Rahina Tumpek Uye ini merupakan salah satu upaya dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara Alam Bali, Manusia dan Kebudayaan Bali yang diharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan”, jelas Jamaruli Manihuruk.

Selain itu, instansi vertikal yang merayakan tumpek uye adalah Rumah Sakit Sanglah dengan melaksanakan persembahayangan bersama dan pelepasan burung serta seluruh instansi vertikal yang ada di Bali. Perayaan hari tumpek uye serentak di Bali ini, merupakan wujud komitmen Gubernur Bali, Wayan Koster menjadikan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi dengan perayaan Hari Tumpek sebagai kebijakan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Instansi Vertikal bersama Masyarakat, agar warisan adiluhung ini terjaga dengan baik dan kokoh dimasa yang akan datang.

Baca juga:  OTT Bendesa Berawa, Penjabat dari Pemkab Badung Diperiksa

Diharapkan pula Perayaan Tumpek Uye dan Perayaan Hari Tumpek yang lain agar menjadi laku hidup/gaya hidup/lifestyle oleh seluruh Masyarakat Bali untuk mengembangkan Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali yang berkarakter, berjati diri, berkualitas, dan tangguh secara berkelanjutan menghadapi dinamika perkembangan zaman dalam skala lokal, nasional, dan global dengan berbagai permasalahan dan tantangannya di masa yang akan datang, dengan tetap menjaga keharmonisan alam, manusia, dan kebudayaan Bali. (kmb/balipost)

BAGIKAN