Prof. Wiku Adisasmito. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kasus COVID-19 secara nasional kembali mengalami peningkatan tajam. Bahkan peningkatan tajam ini mencapai 40x lipat, yang terjadi dalam waktu yang cukup singkat jika dihitung sejak awal Januari 2022. Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, mengungkapkan hal itu dalam keterangan persnya.

Ia menegaskan, ada 2 hal penting yang menjadi fokus saat ini. Yakni mencegah agar tidak tertular, dan menangani pasien positif sebaik mungkin agar segera sembuh.

Kabar baiknya, jika melihat tren kematian saat ini, jauh lebih sedikit dibandingkan saat terjadinya gelombang pertama. Hal ini dikarenakan, pada pasien positif Omicron, 90% mengalami gejala ringan dan asimptomatik atau tanpa gejala.

“Maka dapat diartikan sebagian besar kasus positif yang ada memiliki peluang besar untuk sembuh,” Wiku menjelaskan.

Untuk lebih memahami kondisi saat ini, Wiku menyampaikan perkembangan secara nasional. Minggu ini, menjadi peningkatan kasus positif terbanyak.

Meskipun perlahan, kenaikannya mulai dari 1.400 kasus per minggu, kemudian 3.000 kasus per minggu, kemudian 5.400 kasus per minggu, hingga meningkat cukup besar menjadi 14.000 per minggu dan di minggu ini lonjakan menjadi 56.000 kasus dalam satu minggu.

Bahkan, jika dilihat secara harian, kasus positif per 1 Februari 2022, telah mencapai 16.000 kasus per hari. Jumlah ini lebih tinggi daripada penambahan harian pada gelombang pertama di bulan Desember 2020 lalu. Sehingga adanya kenaikan saat ini berdampak pada positivity rate harian pada pemeriksaan antigen dan PCR yang mencapai 6%, atau telah berada di atas standar World Health Organization (WHO). Padahal sebelumnya, positivity rate harian sempat konsisten di angka 0-2%.

Baca juga:  OJK Benarkan Dua Bank Swasta akan Merger

“Tentunya kenaikan kasus positif ini sudah seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua untuk kembali merefleksikan kedisiplinan kita terhadap protokol kesehatan. Penggunaan masker yang baik dan benar, rutin mencuci tangan, dan yang terpenting tidak bepergian ke tempat umum jika tidak mendesak harus mulai diterapkan kembali,” tegas Wiku.

Terkait kondisi saat ini, Wiku kembali mengingatkan Pemerintah Daerah terutama penyumbang terbesar kasus positif untuk dapat mengevaluasi penanganan di wilayahnya. Lakukan penyesuaian pengaturan kegiatan masyarakat apabila diperlukan. Tentunya kita berharap di minggu depan dapat mulai terlihat perkembangan yang lebih baik.

“Seperti yang saya sampaikan pada minggu lalu, bahwa kita harus berupaya semaksimal mungkin dalam 2 minggu kasus dapat ditekan menjadi lebih rendah. Sudah berjalan 1 minggu namun nyatanya kasus malah meningkat lebih tinggi lagi. Untuk itu, saya kembali ingatkan kepada seluruh Pemerintah di masing-masing daerah,” Wiku menekankan.

Selanjutnya, peningkatan kasus positif turut meningkatkan angka kematian yang sama tingginya. Meskipun peringkatan hingga 14x lipat dibandingkan 1 Januari lalu, namun dibandingkan periode gelombang pertama, jumlahnya jauh lebih sedikit. Rinciannya, jumlah kematian harian berkisar di angka 28 kasus dan tidak setinggi jumlah kasus positif. Sedangkan pada gelombang pertama lalu, kematian mencapai hingga lebih dari 300 orang dalam satu hari.

Baca juga:  Pasien Sembuh Nasional Bertambah Lampaui Kasus Baru, Korban Jiwa Belasan

“Namun, selalu saya tekankan bahwa satu kematian saja terbilang nyawa. Bertambahnya kematian ini menjadi pengingat bahwa meskipun sebagian besar pasien relatif dapat sembuh, namun virus ini masih menjadi ancaman pada kelompok rentan seperti lansia dan pasien dengan komorbid,” saran Wiku.

Selanjutnya, kenaikan pada bed of ratio (BOR) atau keterisian tempat tidur mulai terlihat seiring dengan kenaikan kasus positif. Rata-rata BOR di RS rujukan tingkat nasional sebesar 13,89%, dengan DKI Jakarta penyumbang tertinggi mencapai 52%, disusul Banten 22%, dan Jawa Barat 16%. Kabar baiknya, 30 provinsi lainnya di Indonesia mampu mempertahankan BOR di bawah 10%.

Terkait BOR ini, Pemerintah mengantisipasi lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit dengan meningkatkan jumlah tempat tidur untuk pasien COVID-19 hingga mencapai total 10.996 TT di ruang Isolasi dan ICU RS rujukan. Angka ini pun masih dapat dioptimalkan dengan mengkonversi hingga 40% apabila kebutuhannya bertambah di kemudian hari.

Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kesembuhan dengan mencukupi ketersediaan tempat isolasi maupun karantina pasien positif akibat transmisi lokal maupun Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Kondisi saat ini, total ada 7.894 tempat tidur (TT) di Wisma Atlet Kemayoran untuk PPLN gejala ringan dan sedang, total 5.796 TT di Wisma Atlet Pademangan dan 1.566 TT di Rusun Penggilingan untuk PPLN tanpa gejala, total 444 TT di 6 RS Rujukan untuk PPLN gejala berat, total 663 TT di 6 Hotel dan Tempat Isolasi terpusat untuk PPLN tanpa gejala dan gejala ringan serta total lebih dari 76 ribu tempat isolasi terpusat di seluruh Indonesia.

Baca juga:  Ini, 7 Tanda Kekurangan Minum

Selain itu, Kementerian Kesehatan mengakomodasi pasien positif yang sedang isolasi mandiri. Dengan layanan telekonsultasi dan paket obat gratis. Layanan telekonsultasi ini dapat diakses melalui isoman.kemkes.go.id bekerja sama 17 platform telemedicine. Untuk obat gratis berupa Paket A dan B. Untuk Paket A, pasien tanpa gejala yang terdiri multivitamin C, B, E, dan Zinc 10 tablet. Paket B, pasien bergejala ringan terdiri multivitamin C, B, E, dan Zinc 10 tablet, Favipiravir 200mg 40 kapsul, atau Molnupiravir 200mg 40 tablet dan parasetamol 500mg (jika dibutuhkan).

Sementara untuk masyarakat dengan keterbatasan akses telepon genggam dan internet, dapat melaporkan kasus positif atau kontak erat pada Puskesmas setempat agar diberikan pemeriksaan PCR gratis untuk kontak erat. Disamping itu, konsultasi seputar gejala dan konsumsi obat COVID-19 dapat dilakukan juga secara langsung dengan petugas Puskesmas di tempat tinggal masing-masing. (kmb/balipost)

BAGIKAN