Tenaga kesehatan mengambil sample swab PCR pada salah satu kontak erat kasus COVID-19 di Sawangan, Badung, Bali. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Dalam dua hari terakhir ini, kasus COVID-19 harian di Badung selalu ada di tiga ratusan orang. Rinciannya 2 Februari mencapai 303 orang dan 3 Februari tercatat 354 orang.

Melonjaknya kasus harian ini membuat kasus aktif yang dirawat di RS, isolasi mandiri, dan isolasi terpusat juga bertambah signifikan. Data menunjukkan ada sebanyak 1.326 orang yang terkonfirmasi COVID-19 merupakan kasus aktif.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Badung, I Gusti Ngurah Gede Jaya Saputra saat dikonfirmasi terkait lonjakan kasus, Kamis (3/2), menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Badung, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mulai menyiapkan tempat isolasi terpusat (Isoter). Kebijakan ini menyusul adanya lonjakan kasus positif COVID-19.

Baca juga:  Puspem Badung Belum Dilengkapi PeduliLindungi

Pemerintah setempat menyiapkan tiga tempat untuk Isoter, yakni Bakung Beach, Hotel Made Bali, dan Wisma Bima 1. Ketiga tempat isoter memiliki daya tampung yang berbeda.

Seperti di Hotel Bakung Beach mampu menampung 150 orang, Hotel Bima 1 menampung 60 orang, dan Hotel Made Bali maksimal 200 orang.

“Nanti kalau terjadi lonjakan kasus lagi mungkin akan kami tambah. Untuk sementara kira maksimalkan yang di Bakung Beach,” tambah Kepala Dinas Kesehatan Badung dr Nyoman Gunarta.

Baca juga:  Ini, Alasan Dipilihnya 24 Oktober sebagai Hari Dokter Nasional

Terkait adanya lonjakan kasus COVID-19, terang mantan Dirut RSD Mangusada ini dipicu oleh sejumlah faktor. “Ada tiga faktor yang mengakibatkan data kasus COVID-19 di Badung melonjak. Pertama, adalah hasil screening pelaku perjalanan (PPDN), kedua, karena hasil stracing hasil yang positif yang beberapa merupakan klaster keluarga, dan yang ketiga adalah kasus positif di sekolah, namun angkanya kecil hanya tiga orang,” paparnya.

Baca juga:  Tiga Maskapai Ini Ajukan Penerbangan Reguler di Bandara Ngurah Rai

Menyikapi adanya informasi akan terjadi lonjakan kasus pada Februari dan Maret, birokrat asal Sibang Gede, Abiansemal ini menegaskan, kasus lonjakan COVID-19 pada awal 2022 merupakan siklus yang biasa muncul pasca perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). “Kalau dilihat dari siklus tahun lalu kan memang seperti itu (melonjak -red). Biasanya setelah Nataru akan terlihat lonjakan kasus, biasanya di minggu ketiga Januari. Kluster masyarakat biasanya akan ada peningkatan sampai Maret. Ini wajar karena perkiraanya seperti itu,” sebutnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN