Luhut B. Pandjaitan. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Provinsi Bali memerlukan perhatian khusus karena saat ini jumlah kasus hariannya mengalami peningkatan pesat. Bahkan melampaui puncak gelombang Delta. Demikian dikemukakan Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut B. Pandjaitan dalam keterangan pers virtual usai rapat terbatas evaluasi penanganan COVID-19, Senin (7/2).

Ia menyebutkan selain kasus hariannya sudah melampaui puncak Delta, angka keterisian RS juga meningkat. “Tapi masih tetap dalam borderline,” ujarnya.

Luhut menekankan mengenai perawatan rumah sakit, 65 persen yang dirawat merupakan orang tanpa gejala dan gejala ringan. “Kita minta jangan masuk RS, tapi masuk saja isoter,” ujarnya.

Baca juga:  PWI Pusat Rombak Kepengurusan, Ilham Bintang Diberhentikan dari Jabatannya

Diungkapkannya, dari 356 pasien meninggal sejak Omicron diumumkan ada di Indonesia, 42 persen memiliki komorbid, 44 persen lansia, dan 69 persen belum divaksinasi lengkap. “Kelompok komorbid, saya mohon yang punya hipertensi, diabetik, dan komplikasi perlu mendapat perhatian,” sebut Luhut.

Secara umum pun, Luhut yang merupakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini mengatakan peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia sangat pesat. Namun secara umum, dampak terhadap rumah sakit dan kematian relatif masih jauh lebih kecil dari Delta.

Baca juga:  Hindarkan Bali dari Kemerosotan, Gubernur Koster akan Lakukan Pemulihan

Ia mencontohkan kenaikan kasus di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten meningkat pesat namun perawatan di RS dan kematian masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan gelombang Delta.

Kebijakan PPKM masih tetap menetapkan level assesment PPKM minggu lalu. Yaitu dengan tetap memberikan bobot lebih besar pada rawat inap RS.

Berdasarkan data dari berbagai sumber, Omicron menyebabkan penularan yang lebih cepat. Bahkan di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Israel, dan Jepang, angka kematian karena Omicron juga sudah mulai melewati puncak Delta.

Baca juga:  BMKG Minta Nelayan dan Pelaku Usaha Waspadai Potensi Gelombang Tinggi

Namun pola berbeda juga terjadi, seperti di India dan Afrika Selatan. “Untuk itu pemerintah terus melakukan pembaruan data meminta masukan dari berbagai ahli dalam bidangnya dan menganalisis perkembangan yang terjadi di seluruh negara sehingga kita bisa mendapatkan masukan dalam penanganan Omicron ini sehingga pengambilan keputusan itu, benar-benar kita lakukan secara holistik,” tegasnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN