Warga Desa Adat Banjarangkan mengimplementasikan Nangun Sat Kerthi Loka Bali saat perayaan Tumpek Uye beberapa waktu lalu. Pada kesempatan itu, mereka melepasliarkan aneka burung dan ikan. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Banjarangkan mengimplementasikan Nangun Sat Kerthi Loka Bali saat perayaan Tumpek Uye beberapa waktu lalu. Pada kesempatan itu, Desa Adat Banjarangkan melepasliarkan aneka burung dan ikan. Ini memiliki makna menjaga keselarasan dengan alam dan keseimbangan berdasarkan nilai-nilai kearifan Sad Kerthi menuju Bali Era Baru.

Perayaan Tumpek Uye/Tumpek Kandang, pada umumnya umat Hindu memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Pasupati yang disebut Rare Angon, penggembala semua makhluk di alam semesta ini. Pelaksanaan upacaranya juga menjadi bagian dari salah satu tradisi di Bali yang memiliki pesan moral untuk selalu bersahabat dengan alam beserta isinya serta menjaga keseimbangan alam.

Baca juga:  Besakih Festival 2023, Sarana Mulat Sarira dan Meningkatkan Pelayanan

Perayaan Tumpek Uye di Desa Adat Banjarangkan secara niskala dilaksanakan dengan menggelar upacara persembahyangan bersama di Bale Agung Pura Puseh Taman Sari, Pura Dalem Kaleran, Pura Dalem Klod dan Pura Desa Pura Kangin Desa Banjarangkan. Sementara secara sekala, diisi dengan melepas 700 ekor ikan nila, dan ikan lele di Sungai Peken yang terlekat di wilayah Desa Adat Banjarangkan. Dilanjutkan dengan melepasliarkan berbagai jenis burung, seperti Burung Titiran (Perkutut) Burung Cerucuk dan Kutilang di Setra Adat Banjarangkan.

Bendesa Adat Banjarangkan, A.A. Gede Dharma Putra, menjelaskan bahwa Tumpek Uye atau Tumpek Kandang pada intinya melakukan rasa syukur atas ciptaan Tuhan yang bermanfaat bagi umat manusia. Perayaan ini juga sebagai Implementasi Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru, yakni pelestarian Danu Kerthi dan Wana Kerthi. “Tumpek Uye kali ini diisi berbagai pelestarian satwa sesuai arahan bapak Gubernur Bali. Setiap perayaan Tumpek Uye dengan harapan ekosistem tetap terjaga dan memberikan manfaatkan ke warga Desa Adat Banjarangkan, ” ujar A.A. Gede Dharma Putra.

Baca juga:  Desa Adat Runuh Komitmen Lestarikan Warisan Seni Budaya

Perayaan Tumpek Uye/Kandang sudah dicetuskan oleh para leluhur umat Hindu sejak dulu untuk memuliakan hewan yang sering digunakan upacara dan untuk dikonsumsi. Selain itu, dengan kegiatan ini diharapkan akan dapat mengembalikan keseimbangan alam yang selama ini sudah dieksploitasi. Tidak kali ini saja namun kegiatan pelepasan hewan akan rutin dilaksanakan setiap Perayaan Tumpek Uye sebagai implementasi SE Gubernur Bali No 4 Tahun 2022 tentang Tata Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru.

Baca juga:  Hadirkan 7 Kerajaan di Indonesia, TIF II Angkat Tema Bhineka Tunggal Ika

Lebih lanjut dijelaskan, pelepasan beragam hewan ke alam liar ini diharapkan akan dapat mengembalikan keseimbangan alam. “Berbuatlah agar semua orang, binatang-binatang dan semua makhluk hidup berbahagia,” imbuhnya. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN