A.A Putu Sutarja. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Kerobokan sepakat tidak menggelar pawai ogoh-ogoh pada perayaan Tahun Baru Saka 1944. Keputusan desa adat yang terdiri dari 50 banjar ini demi kesehatan krama adat mengingat kasus COVID-19 kian meningkat.

Bendesa Adat Kerobokan, A.A Putu Sutarja mengatakan keputusan untuk tidak menggelar pawai telah disepakati dalam rapat 50 banjar yang juga melibatkan Sekaa Teruna. “Kami di Desa Adat Kerobokan telah sepakat tidak menggelar ogoh-ogoh. Ini merupakan keputusan bersama ketua sekaa teruna dan kelian dari 50 banjar se-desa adat,” ungkapnya.

Baca juga:  Desa Adat Peguyangan Lirik Potensi Kuliner

Keputusan untuk tidak menggelar pawai ogoh-ogoh, kata Agung Sutarja lantaran belum ada kepastian kondisi COVID-19 pada dua bulan mendatang akan melandai. Terlebih, pemerintah pusat memprediksi akan terjadi lonjakan tertinggi kasus Omicron pada Februari dan Maret mendatang. “Karena situasi bulan Februari kita tidak tahu. Di media menurut Menkes malah puncak Omicron bulan Februari hingga Maret, jadi lebih baik kami focus pada pengendalian penyebaran COVID-19 di desa adat,” katanya.

Baca juga:  Menggelandang, WN Italia Diamankan Satpol PP

Desa Adat Kerobokan terus berupaya mencegah penyebaran COVID-19 sangat jelas. Dari melakukan patroli, melibatkan peran serta masyarakat dan membantu masyarakat yang terkena dampak Virus Corona.

“Kami sudah jalankan semua standar yang dianjurkan pemerintah melalui Satgas Gotong-royong. Bahkan, secara aktif memberikan edukasi untuk warga terkait COVID-19,” ujarnya.

Sutarja berharap dengan adanya gerakan Satgas Gotong-royong informasi yang diberikan mampu memberikan pemahaman kepada warga. “Terutama bagaimana warga harus bersikap jika menemukan pasien dalam pemantauan maupun positif, dan tentu saja Satgas di Desa siap menerima laporan dan menindaklanjuti jika ada temuan kasus baru di masyarakat,” paparnya. (Parwata/balipost)

Baca juga:  Bisnis Online Tumbuh 80 Persen Lebih Cepat dari Offline
BAGIKAN