Seorang siswa SDN 3 Sempidi, Badung menutup mukanya saat menerima suntikan vaksin COVID-19, Rabu (15/12/2021). (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus COVID-19 di Bali dalam sepekan ini terus mengalami peningkatan. Jumlahnya mencapai ribuan kasus per hari.

Per 10 Februari, kasus hariannya bertambah sebanyak 2.148 orang. Sehingga kasus aktifnya mencapai 16.570 orang.

Tak hanya pada orang dewasa, kasus COVID-19 pada anak, juga mengalami peningkatan dalam seminggu terakhir. Dari data yang dimiliki Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Bali, tercatat ada seribuan anak terpapar COVID-19 dalam seminggu terakhir.

Menurut Ketua IDAI Bali, Dr. IGN Sanjaya Putra, Sp.A(K)., data seminggu hingga 6 Februari, total ada sebanyak 1.440 anak yang terpapar COVID-19. Rentang umurnya, dari baru lahir sampai 18 tahun.

Dari mereka yang terpapar ini, kondisi paling parah yang dialami anak, dikatakannya, hampir sama juga dialami oleh orang dewasa, dalam istilah kedokteran yakni multiple inflammatory syndrome in child. Artinya, anak ini mengalami gangguan pada banyak organ tubuhnya. “Banyak organ yang kena, mengalami proses implantasi pada anak. Dia datang dalam kondisi kejang, muntah, mencret, sesak. itu yang parah,” kata dr Sanjaya, saat dikonfirmasi, Kamis (10/2).

Baca juga:  Nakes Asal Tulikup Positif COVID-19, Ini Upaya Desa Cegah Meluasnya Penyebaran

Dalam seminggu ini, lanjut dia, dari mereka yang terpapar itu, sebagian besar mengalami gejala ringan.

Berkomorbid

Hal senada disampaikan Kepala Divisi Respirologi RSUP Sanglah, yang juga Satgas COVID-19 IDAI Bali, Dr. dr. Siadi Purniti Sp.A (K). Terkait kondisi kasus COVID-19 pada anak di Bali, sebagian besar memang dengan gejala ringan. Sedangkan untuk anak yang dirawat di RS, sebagian besar mereka berkomorbid atau penyakit penyerta.

Baca juga:  Gerakan Bermasker, Target Jatim Jadi Zona Hijau

Meski masih ada beberapa yang dirawat di RS, namun, mereka sudah tidak ada yang menggunakan ventilator dalam perawatannya. Mereka dirawat karena penyakit penyerta, baik itu jantung, kanker, dan malnutrisi.

Sedangkan, untuk kelompok usianya, ia mengatakan terbanyak 12-17 tahun. Persentasenya mencapai 40 persen dibandingkan total anak yang terkonfirmasi COVID-19. “Itu tidak terlalu berat. Yang dalam perawatan, biasanya kebanyakan bayi kecil yang umurnya di bawah 1 tahun, yang memiliki pneumonia berat, yang tidak memiliki komorbid. Sedangkan, yang umurnya lebih besar, secara umum mereka memiliki penyakit penyerta,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan,selama ini ada anak yang tertular saat baru lahir, akibat ibunya yang terpapar terlebih dulu. Namun tata cara penanganan sudah dilakukan secara baik.

Baca juga:  Penjagaan di Gilimanuk Kurang Efektif, Ini Dilakukan Pemprov

Untuk saat ini, anak yang menjalani perawatan di RS seperti di RS sanglah, sebanyak 8 orang anak dengan komorbid.

Dengan kondisi COVID varian Omicron yang saat ini penyebarannya sangat cepat, pihaknya menghimbau kepada masyarakat, terutama untuk anak usia 6-18 tahun yang dalam kondisi sehat, layak divaksin, agar segera divaksin. Untuk anak di bawah 6 tahun yang belum boleh divaksin, orangtua harus benar-benar menjaga supaya tidak terpapar.

Mengingat, mereka bisa tertular secara langsung maupun tidak langsung di rumah. Untuk itu, orangtua harus bisa menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan keluarga. “Kita harus hidup bersih. Salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan, baik itu penggunaan masker, menjaga jarak, jangan berkerumun, jangan makan bersama,” ajaknya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN