Sri Mulyani. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Adanya pandemi COVID-19 menjadi pengingat keras rentannya ekonomi global terhadap guncangan nontradisional. Hal ini dikatakan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Opening of the 1st Finance Minister and Central Bank Governor Meeting di Jakarta, Kamis (17/2), dikutip dari Kantor Berita Antara.

Menurutnya, perubahan iklim dapat menimbulkan dampak yang lebih besar daripada pandemi. Sehingga para anggota G20 harus berperan dalam memerangi isu tersebut.

“Tak hanya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi menemukan cara untuk meningkatkan dan mengarahkan lebih banyak pembiayaan untuk investasi dan teknologi berkelanjutan yang memfasilitasi aksi iklim,” tutur Sri Mulyani.

Baca juga:  RUU Desa Disahkan Jadi Undang-undang

Ia menilai seluruh anggota G20 perlu berkomitmen untuk menuju transisi yang adil dan terjangkau. Meski terdapat berbagai ancaman yang mengintai tersebut, hanya terdapat satu jalan maju ke depan untuk dapat pulih lebih kuat secara bersama-sama.

Dalam menghadapi situasi yang sulit ini, Sri Mulyani tetap optimistis dengan kemampuan G20 untuk bangkit. Sebab, negara-negara G20 memiliki warisan yang kuat sebagai forum untuk mengatasi krisis ekonomi global.

Baca juga:  Menkeu Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kisaran 5 Persen

“Dibentuk pada tahun 1999 sebagai tanggapan terhadap krisis keuangan Asia, hampir 10 tahun kemudian G20 berevolusi untuk berhasil menanggapi krisis keuangan global dengan memberikan tindakan tepat waktu dan efektif untuk melestarikan stabilitas keuangan internasional,” ungkapnya.

Saat ini, ia menuturkan seluruh negara menghadapi berbagai jenis krisis dan telah membuat langkah besar dalam menghadapi fase awal pandemi.

Oleh karena itu, negara-negara kini harus fokus untuk mengakhiri pandemi secara keseluruhan dan menangani akibatnya secara efektif.

Baca juga:  Pemberian Diskon Listrik Diperpanjang

Untuk dapat pulih bersama dan pulih lebih kuat, kata dia, negara-negara G20 perlu mempromosikan produktivitas, meningkatkan ketahanan dan stabilitas, serta memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan inklusif.

“Saya percaya forum G20 di Indonesia dapat mencapainya,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut. (kmb/balipost)

BAGIKAN