Oleh I Made Agus Adnyana
Sudah hampir dua tahun sejak merebaknya COVID-19 di Indonesia, ekonomi Bali yang ditopang oleh sektor
pariwisata diterpa kemarau panjang yang tidak biasa, dan belum jelas kapan akan berakhirnya. Semburat asa akan segera turunnya hujan pariwisata saat dibukanya gerbang kedatangan wisatawan mancanegara melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pertengahan Oktober 2021, seakan sirna, karena hingga penghujung tahun 2021 belum juga ada kedatangan langsung wisatawan mancanegara seperti yang diharapkan.
Bali yang telah memilih dirinya menjadi provinsi jasa, lebih dari 70% ekonominya digerakkan oleh
sektor jasa, mengalami pukulan yang telak karena
pandemi Covid-19 ini. Sektor jasa, utamanya
jasa pariwisata yang sangat bergantung pada
mobilitas dan interaksi antara konsumen dan
produsen, yang menjadi andalan Bali, belum bisa
pulih kembali.
Kedatangan wisatwan domestik yang sudah membaik di penghujung tahun 2021 belum mampu mengangkat sektor jasa ini kembali ke keadaan biasanya. Namun rilis Badan Pusat Statistik untuk indikator pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2021 beberapa hari lalu memberi sedikit asa bahwa Bali sedang bangkit walau perlahan-lahan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, pada kuartal IV/2021, ekonomi Bali mampu tumbuh 4,52% dibandingkan kuartal III/2021, walau secara kumulatif tahun 2021 masih mengalami pertumbuhan negatif 2,47% dibandingkan tahun 2020. Hal yang terkahir ini tak lepas dari pengaruh meningkatnya kembali kasus positif COVID-19 terutama varian Delta pada pertengahan tahun 2021.
Kembali ke data pertumubuhan ekonomi Bali kuartal IV/2021, tercatat dari 14 sektor jasa, 11 sektor mampu tumbuh, bahkan 6 sektor jasa mampu bersinar diatas pertumbuhan rerata perekonomian Bali. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan keadaan pada kuartal III/2021, dimana hanya ada 2 dari 14 sektor jasa, yaitu sektor konstruksi dan sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, yang mampu berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Bali.
Kontribusi terbesar dalam struktur ekonomi Bali adalah dari sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum, yang berkontribusi sebesar 16,66%
dari total perekonomian Bali. Sektor jasa lainnya
yang memberi kontrubusi cukup besar juga diantaranya adalah sektor perdagangan, transportasi,
pendidikan dan informasi komunikasi.
Empat sektor dari lima sektor yang disebut sebelumnya mengalami rebound di tahun 2021,
kecuali sektor informasi dan komunikasi yang sedikit mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan tahun 2020. Rebound beberapa sektor jasa tersebut
memberi arti penting, mengingat kontribusi sektor jasa yang mencapai 76% dari total perekonomian Bali.
Dari sisi tenaga kerja, sektor jasa mampu menyerap
tenaga kerja lebih dari 60% tenaga kerja Bali. Untuk jasa layanan kesehatan, nampaknya sudah mulai digarap oleh pemerintah. Ground breaking Bali Internasional Hospital oleh Presiden Jokowi pada Desember tahun lalu akan menjadi batu loncatan besar untuk memunculkan wisata kesehatan berkelas internasional berikutnya, karena jumlah pasien dari Indonesia yang berobat keluar negeri terus meningkat.
Di bidang jasa pendidikan, Indonesia masih menjadi negara pengimpor jasa pendidikan dunia. Berdasarkan data dari UNESCO Global Flow of Tertiary-Level Students, sekitar 53,6 ribu pelajar
Indonesia pergi ke luar negeri untuk melanjutkan
pendidikan mereka pada tahun 2019.
Ada peluang untuk menampung pelajar Indonesia untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi kelas internasional di Bali. Dikutip dari laman Balipost.com (28 Desember 2021), universitas internasional akan segera dibangun di Bali bekerja sama dengan universitas dari luar negeri. Dibangunnya universitas tersebut memberi harapan baru bagi perkembangan jasa pendidikan Bali.
Potensi pasar luar negeri/ekspor untuk jasa pendidikan Indonesia juga memperlihatkan tren yang meningkat. Berdasarkan data OECD-WTO TiVA, ekspor
jasa pendidikan Indonesia meningkat secara konsisten, dari 0,6% dari ekspor pendidikan dunia
pada tahun 2000 menjadi 1,3% pada 2011.
Ini menandakan semakin banyak orang asing yang
melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Kesemuanya ini tentunya dapat menjadi momentum untuk meningkatkan perekonomian Bali dari jasa pendidikan.
Jasa pendidikan dan layanan kesehatan berpeluang menjadi sektor jasa yang penting di masa depan bagi Bali, jika Bali masih memilih untuk menjadi provinsi jasa. Peluang meningkatkan devisa melalui ekspor perdagangan jasa sangat besar, karena pasar sektor ini masih cukup besar.
Tinggal bagaimana sekarang meningkatkan daya saing, sehingga ekspor perdagangan jasa Bali dapat bersaing dengan pasar global.
Penulis, Statistisi di Badan Pusat Statistik Provinsi Bali