Citra satelit cuaca. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sistem Bibit Siklon 99S sesuai dengan informasi sebelumnya pada 23 Februari 2022 terkait dengan pembentukan sirkulasi udara yang dipicu oleh pola tekanan rendah di wilayah Nusa Tenggara Timur. BMKG melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) memonitor adanya peningkatan intensitas sirkulasi udara tersebut menjadi satu sistem Bibit Siklon Tropis 99S yang mulai terbentuk di sekitar Laut Timor sebelah utara Australia. Tepatnya di posisi 12.6°LS 128.3°BT.

Sistem Bibit Siklon 99S memiliki tekanan udara minimum di pusatnya mencapai 1001mb dan kecepatan angin maksimum di sekitar pusatnya mencapai 25 knots (46 km/jam). Sejumlah wilayah di Indonesia pun terdampak. Salah satunya wilayah Bali.

Dalam siarannya persnya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, Jumat (25/2), mengatakan berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 kanal IR terlihat adanya pumpunan awan-awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam terakhir. Dari analisis angin per lapisan terpantau pembentukan sirkulasi pada lapisan permukaan hingga menengah.

Pembentukan pola sirkulasi angin yang meningkat menjadi sistem bibit siklon tersebut diperkuat dengan adanya faktor konvektifitas udara yang signifikan di wilayah timur Indonesia sebagai dampak dari aktifnya fenomena gelombang atmosfer, yaitu MJO (Madden Julian Oscilation), Gelombang Kelvin, serta Gelombang ER (Equatorial Rosbby) di wilayah timur Indonesia. Data model prediksi BMKG menunjukkan bahwa pergerakan sistem sirkulasinya menuju ke arah Selatan dan menjauhi wilayah Indonesia.

Baca juga:  Sebelum Ditangkap, FSI dan Keluarganya Berencana ke Bali

Sementara itu, potensi sistem 99S tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24-48 jam kedepan masih berada dalam kategori menengah dengan potensi peningkatan sirkulasi yang semakin terorganisir untuk periode 72 jam ke depan. “Suatu kriteria bahwa Bibit Siklon dapat dikatakan meningkat menjadi Siklon Tropis adalah apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot atau 65 km/jam,” ungkap Guswanto.

Lebih lanjut, dikatakan keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa – Bali, NTB, NTT. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah pertemuan dan belokan angin tersebut.

Dalam periode 24 jam ke depan, sistem 99S tersebut dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang di wilayah Indonesia. Potensi hujan sedang-lebat disertai kilat/petir/angin kencang yang dapat berdampak pada potensi terjadinya bencana hidrometeorologi (banjir bandang, longsor, dan lainnya) terjadi di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku bagian barat daya.

Baca juga:  BMKG Prediksi 12 Daerah Berpotensi Alami Banjir Bandang

Potensi gelombang tinggi berkisaran antara 1.25-2.5 meter (moderate sea) terjadi di wilayah Perairan Kepulauan Selayar, Laut Flores, Perairan utara Kep.Flores, Laut Sawu, Perairan Kupang – P.Rotte, Selat Ombai, Samudra Hindia selatan NTT, Perarian Fakfak – Kaimana, Perairan selatan P. Buru – P. Seram, Laut Seram, Perairan Kep. Kei – Kep. Aru, dan Laut Arafuru bag. timur. Sedangkan tinggi gelombang 2.5 – 4.0 meter (Rough Sea) terjadi di Laut Banda, Perairan Kep. Sermata – Kep. Tanimbar, dan Laut Arafuru bag. tengah. Tinggi Gelombang berkisar antara 4 – 6 meter (Very Rough Sea) terjadi di Laut Timor dan Laut Arafuru bag. barat.

Sementara pada waktu yang bersamaan, sistem Bibit Siklon 90S terbentuk di perairan Samudra Hindia barat daya Sumatra tepatnya di 13.0°LS 95.9 °BT. Kecepatan angin maksimum sistem 90S mencapai 30 knot (56 km/jam) dengan tekanan udara minimum di sekitar pusatnya mencapai 1003 mb.

Pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 hari ini terlihat adanya peningkatan pumpunan awan selama 12 jam terakhir. Dari analisis angin perlapisan tampak sirkulasi mulai dari lapisan bawah hingga menengah.

Baca juga:  Akhir April 2023, Delapan Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau

Berdasarkan Model Prediksi BMKG, intensitas sistem 90S dalam 24 jam ke depan cenderung menunjukkan penurunan dengan pergerakan sistem ke arah barat hingga baratdaya menuju wilayah Indoensia. Sementara itu, potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori menengah.

Dampak tidak langsung yang dapat ditimbulkan dari keberadaan Sistem 90S adalah potensi gelombang tinggi 1.25 – 2.5 meter (Moderate) di wilayah Perairan barat Kep. Mentawai, Perairan P. Enggano – Bengkulu, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bag. selatan dan barat, Perairan selatan P. Jawa, dan Samudra Hindia barat Sumatera hingga selatan Jawa

BMKG melalui Jakarta TCWC terus melakukan pemantauan perkembangan potensi Siklon Tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya. Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, masyarakat diimbau untuk enghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak.

Menghindari daerah rentan mengalami bencana seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya. Mewaspadai potensi dampak seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor dan banjir bandang terutama di daerah yang rentan. Stakeholder yang terkait kebencanaan untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait lainnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN