TABANAN, BALIPOST.com – Umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian pada Kamis (3/3). Untuk tetap memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat khususnya di masa pandemi saat ini, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan telah melakukan sejumlah persiapan.
Kepala Sub Bidang Rawat Jalan dan Rawat Inap RSUD Tabanan, dr Made Karnabianawa Nesa, mengatakan, sejumlah pelayanan akan tetap berjalan di RSUD Tabanan di tengah khusyuknya Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian. Khususnya untuk menangani hal-hal yang bersifat gawat darurat. “Saat Nyepi semua pelayanan kesehatan yang bersifat gawat darurat akan dipusatkan di IGD. Kita siagakan 8 orang tenaga perawat, 5 orang dokter umum dan 1 orang MOD serta 2 unit ambulans. Selain, tindakan operasi yang bersifat emergency dan persalinan juga akan tetap dilayani,” tterangnya, Selasa (1/3).
Selain IGD, untuk rawat inap juga akan disiagakan 4 sampai 7 orang perawat. Dan khusus perawat yang menangani ruang isolasi juga akan disiapkan sekitar 17 orang perawat.
Per Selasa (1/3), tercatat untuk ruang isolasi dari total kapasitas 106 tempat tidur, terisi 17 orang pasien. Rinciannya, kasus konfirmasi 15 orang pasien dan suspect 2 orang.
“Untuk pelayanan rawat inap juga berjalan seperti biasa. Sama halnya dengan IGD, jadwal jaga petugas di ruangan selama Nyepi juga sudah diatur sedemikian rupa. Kami akan tetap berupaya memberikan pelayanan terbaik tanpa mengurangi makna Hari Raya Nyepi itu sendiri, termasuk juga kami menyiagakan tenaga di bagian rontgen, lab, gizi, kesling, iprs, dan kamar jenazah,” ucapnya.
Selain RS yang tetap stand by memberikan layanan bersifat gawat darurat saat Nyepi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Tabanan juga menyiagakan sejumlah personilnya. Kepala Pelaksana BPBD Tabanan, I Nyoman Srinadha Giri mengatakan, sebanyak 34 orang disiagakan selama 24 jam.
Hanya saja para petugas ini akan siaga dari rumahnya masing-masing. Artinya, bila terjadi kejadian darurat, mereka akan menjalankan tugasnya dengan berbekal surat tugas atau dinas. “Jadi tidak ada shift di sini untuk memudahkan wilayah jangkauan layanan, status siaga mereka dari rumah masing-masing. Contohnya saja jika ada kejadian di Selemadeg Barat, petugas yang terdekat yang akan ke lokasi, dengan menunjukkan surat tugas yang sudah kita buat sebelumnya,” terangnya.
Dalam pelayanan kegawatdaruratan selama Nyepi, pihaknya menaruh atensi pada jalur-jalur vital. Karena ada kemungkinan terjadi bencana, seperti pohon tumbang atau longsor.
Menurutnya, jalur vital itu biasanya yang dipakai sebagai akses utama lalu lintas untuk warga yang membutuhkan pertolongan medis. Sehingga jalan tersebut akan memperoleh prioritas penanganan bila terjadi bencana. “Misalnya jalur Denpasar-Gilimanuk. Kalau ada pohon tumbang, hari itu juga dibersihkan. Karena itu akses utama mengantarkan warga yang sakit dan perlu pertolongan medis. Kecuali ada jalur alternatif. Tentunya, aktivitas kami nanti akan dikoordinasikan dengan pecalang,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)