Wisatawan mengunjungi kawasan wisata Pantai Batu Bolong di Canggu, Badung, Bali, Senin (7/2/2022). (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pembukaan kembali Bali untuk pariwisata Internasional akan membantu pemulihan ekonomi Bali. Bahkan, menurut Guru Besar Undiknas University Prof. I.B. Raka Suardana, Jumat (4/3), pemulihannya bisa lebih cepat dari prediksi Bank Indonesia yang mengestimasi ekonomi Bali pulih sekitar 2024 sampai 2026.

ia memproyeksi pemulihan pariwisata bisa terjadi 2023 atau awal 2024. Namun, prediksi ini dikatakan Prof. Raka tetap harus didukung oleh kesadaran mematuhi protokol kesehatan dan regulasi yang jelas.

Indikator percepatan pemulihan ekonomi ini salah satunya mulai adanya sejumlah maskapai internasional dan nasional yang menerbangi rute Bali secara reguler dari luar negeri. Tercatat beberapa penerbangan dari luar negeri ke Bali adalah Narita, Jepang dan Singapura. Terdapat pula penerbangan dari Australia.

Baca juga:  Derita Pramuwisata Akibat Pandemi, Banyak Stres hingga Bunuh Diri

Selain itu, ada pula kebijakan tanpa karantina dan visa on arrival (VoA) untuk pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Bali. Aturan ini dijadwalkan uji coba pada 7 Maret 2022.

Prof. Raka mengatakan, melihat kondisi ini, pariwisata Bali bisa saja pulih lebih cepat. Karena Bali mengandalkan pariwisata begitu besar. ‘”Tanda-tanda pemulihan pariwisata sudah ada. Bali berharap pemulihan ekonomi datang dari sektor pariwisata karena dominasi sektor pariwisata besar,’’ ujarnya.

Jika menggeser atau shifting ke sektor lain sangat sulit dan butuh waktu lama. “Hal ini kabar menggembirakan kalau melihat data kedatangan tamu asing. Yang penting bagi kita harus menjaga kondisi kita di sini, tetap prokes, jangan sampai kembali (terjadi) ledakan COVID-19. Caranya, ya dimanajemen dari pemerintah,” ujarnya.

Baca juga:  Haiti Diguncang Gempa, Ratusan Warga Tewas

Pemulihan pariwisata yang sudah mulai terlihat tanda-tandanya, tentu juga harus waspada jangan sampai terlena. Ia berpesan jangan sampai abai dengan prokes. “Selama 2,5 tahun, wisatawan dunia sudah ingin ke luar negeri karena masih banyak penduduk
dunia yang memiliki uang untuk berlibur,” sebutnya.

Jika dibandingkan pengeluaran antara wisatawan domestik dengan asing, sangat jauh yaitu 1:5. Maka dari itu, Bali menunggu-nunggu kedatangan wisman. “Kalau satu pengeluaran wisatawan asing sama dengan pengeluaran 5 orang domestik, makanya berusaha mendapatkan wisatawan asing karena
spending of money,” ujarnya.

Baca juga:  Menghilang, Penampar Petugas Imigrasi Tiga Kali Gagal Divonis

Hal ini pun perlu dukungan semua stakeholder, termasuk lembaga jasa keuangan (LJK) yang masih wait and see untuk pembiayaan usaha pariwisata. Maka dari itu ia berharap bantuan dari pemerintah pusat dengan berbagai skema bantuan. “Benar-benar dipikirkan ini karena pariwisata sudah mulai merangkak naik, paling tidak tahun 2022, 1 juta wisman datang ke Bali dan itu sudah lumayan menggeliatkan ekonomi Bali,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN