Pembuatan gram tradisional khas Desa Les di Kecamatan Tejakula diarahkan untuk melakukan branding dan kemasan moderen. Ini untuk meningkatkan dan memperluas akses pasar. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Usaha pembuatan gram tradisional hingga saat ini tumbuh dan berkembang di Desa Les, Kecamatan Tejakula. Pembuatan garam tradisional ini merupakan profesi turun temurun dari para leluhur warga.

Menghadapi persaingan dan memperluas pemasaran, para pembuat garam tradisional sekarang mulai dibina dan diarahkan untuk melakukan branding dan kemasan produk dengan modern. Dengan cara ini, diyakini garam tradisional dari Bali Utara akan semakin dikenal, sehingga permintaan akan meningkat dari tahun ke tahun.

Perbekel Desa Les Kecamatan Tejakula Gede Adi Wistara mengatakan, pemerintahan desa memberikan dukungan optimal agar usaha pembuatan gram tradisional yang ada sejak turun temurun itu tetap ada dan memberi kesejahteraan kepada para pembuatnya. Salah satu dukungan pemerintahan desa atas potensi pembuatan gram tradisional ini adalah melaksanakan pelatihan kepada masyarakat dan promosi produknya.

Baca juga:  Ledakan Gas Elpiji Ludeskan Bangunan Dapur dan Bale Bengong

Sejak ditekuni oleh masyarakat, hingga sekarang produksi garam tersebut sepenuhnya dilakukan dengan metode tradisional yang turun temurun. Hal ini dicontohkan dari peralatan yang digunakan masih tradisional, seperti menggunakan penyaring tradisional yang terbuat dari batang bambu yang dianyam atau tinjung.

Meskipun memakai peralatan yang masih sederhana dan metode pembuatan masih sifatnya tradisional, namun pihaknya optimis garam tradisional Desa Les dapat bersaing dan memiliki pangsa pasar tersendiri. “Garam ini sebagai komoditi yang nantinya bisa dipakai oleh seluruh dunia, dan walaupun itu peralatan dan metode pembuatannya masih dengan tradisional,” katanya.

Baca juga:  Negara G20 Sepakati Akselerasi Pasar Kerja Inklusif

Perbekel Adi Wistara menambahkan, untuk kemasan dan pemasaran garam ini memberdayakan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sari Lestari. Saat ini, pihak Bumdes mencoba kemasan secara modern. Di samping itu, branding garam tradisional ini juga ditingkatkan dengan menonjolkan sebagai produk unik dan khas daro Desa Les. Pihak Bumdes balakangan ini juga terus melakukan inovasi produk. Caranya dengan memproduksi varian rasa garam yang beragam. Hasil inovasi itu sudah berhasil, dimana sekarang garam tradisional ada memiliki rasa manis, pedas, dan rasa original.

Baca juga:  Danau Buyan Dilirik Jadi Pusat Pelatihan Dayung Taraf Internasional

Melalui dukungan yang diterima pihaknya baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, produk garam tradisional Desa Les diyakini bisa merambah pasar nasional dan internasional. Untuk harga jual, rata – rata garam tradisional khas Desa Les dijual Rp 8.000 sampai Rp 10.000 dengan berat sekitar 0,5 kilogram. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN